Blog Kumpulan Cerita Sex Dewasa Terbaru mengenai Perkosa ABG bispak Tante Girang Bahenol Anak SMP SMA Perawan Pembantu Hot Istri Simpanan Selingkuh

Read More

Cerita Sex

Kumpulan cerita sex terbaru
Read More

Bokep

Koleksi bokep terpanas

Kamis, 28 April 2016

Cerita Sex : Nasib seorang pelacur

Profesiku sebagai pelacur di kawasan Jakarta selatan,  setiap harinya ditemani oleh pria yang haus akan sex bisa dibilang hidung belang, aku juga tidak mau dikatakan pelacur tapi bagaimana lagi nasibku dijalan ini ibarat nasi sudah menjadi bubur, udah berapa kali memekku dimasuki kontol mungkin ratusan atau ribuan kontol yang sudah merakan memekku.

Malah ada lelaki yg kurang puas sampe-sampe pantatku juga di pakai alias di sodomi tpi kdang aku jrang melayani jika minta ngentot lwat pantat alya ngerasain sakit bnget kaya di iris silet.

"...Kadang pelangganku banyaknya umur 30-40an,tapi ada juga umur 15-20 kadang tarifnya gak tentu ada yg di atas tarif normal,ada yg di bwah normal,kdang ada yg gratis,biasanya yg umur 15-20 tuch yg suka iseng kya gtu alya kdang aku suka kepincut makanya gk byar jg aku seneng.

"....Pada suatu hari aku di boxing cowok pengusaha suxes namanya (Ronal) dia boxing aku smpe 5 mlam dalam rangka menyambut kesuksesan dan bntar lagi melepas masa lajangnya.

Senang77.com Agen Texas Poker dan Bandar Domino QQ Online Terpercaya Indonesia
Cerita Sex : Nasib seorang pelacur
"...Dalam 5 malam itu dia puas-puasin mpe aku kewalahan melayaninya 5 hari di dalam kamar hotel yang fasilitasnya komplit tanpa ada alasan pergi atau keluar hotel,makan,minum,semuanya di jamin.
Pas malam ke 1.

"..Eh lupa kita blm smpet knalan"..ujarnya.

"owh iya maaf pak"..jwbku ketus.

"jangan pnggl bpk donk,ronal ja.."jwbnya.

"..iya pak,eh ronal.sya fitri"jwbku agk segan.

"..owh fitri ya,udah brapa lma trjun ke dunia ini??tanyanya.

"..hmmm,kurang lebih 7thn'an.."jwbku.

"..Wakh udah bnyak pengalaman donk"..ujarnya.

"..hmm,ya gtu".jwbku agk malu.

"...Ronal lalu mengangkat tlpn lalu pesan minuman..

".km mwu minum apa??tanyanya.

"apa ja boleh..jwbku.

.."Lalu ronal memesan minuman yang ada alkoholnya ntah apa namanya yg psti minuman orng-orng barat gtu.

"..Tok..tok..tok..pintu kamar hotel di ketuk seorng Pelayan hotel, lalu ronal membwa minumnya dan menuangkan ke cawan (gelas kcil).

"..kmu dah pernah minum kaya gni blm??tanyanya.

"..hmm blm prnh,pling kaya bir-bir biasa ja!!jwbku.

Senang77.com Agen Texas Poker dan Bandar Domino QQ Online Terpercaya Indonesia
Cerita Sex : Nasib seorang pelacur
"..owh,km gk usah bnyak-banyak coba ja dkit dlu..!!ujarnya.

."..Lalu aku minum,rsanya agk manis,phit pas di perut terasa panas.
Setelah itu kami ngobrol panjang lebar hingga larut malam.

Lalu ronal mendekati aku,dan bisikan kata di telingaku.

"..Kmu dah siap beby??bisiknya.

"..i.i.i.i.ya!jwbku ggup,alya bru x ini aku di boxing kaya gini,biasanya cuma ecek-ecek doang udah lngsung slese,ini karna tarifnya menggiurkan jd aku tergoda.

"..Ronal pun membelai pundakku sambil memijat pelan,lalu mencium keningku ke pipi,leher,belakang leher lalu mendarat di bibir,ya ampun aku lngsung dug.dug ser darahku trasa mengalir deras.

Kami saling berpagutan bibir n bibir sesekali dia julurkan lidahnya untk di hisap,begitupun lidahku dia hisap dan di bumbui gigitan lmbut.

Tak lama kemudian dia mulai membuka baju dan BH yg membungkus payudaraku lalu meremas-remas dan menghisap puting pyudaraku yg mulai membiru karna di bkar nafsu.

Ciuman dan jilatannya membuat nafsuku smakin bergelora,desahan dan erangan kluar dri mlutku ronal semakin cepat menghisap dan meremas pyudraku.

Semakin turun hingga ke perut lalu mendarat di bgian memekku yg masih terbungkus rok dan CD.
Dia mula melucuti rok dan CD ku sambil menciumi pahaku,setelah semua terbuka lebar dia mulai menjilati memeku yg mulai mengeluarkan cairan.

".sssaah..sssoh...desahanku semakin kencang saat ronal memainkan klirotisku.

Lalu ronal memasukan kontolnya,sleeeb..sleeb kontolnya masuk sebagian,akupun medesah ".aaaachhh."desahku.

Lalu ronal menggenjot maju mundur semakin cepat pergerakannya semakin kuat desahanku.
Lalu ronal mencabut kontolnya berganti posisi jd berbalik arah,kontolnya menghadap mulutku dan mulutnya ronal menghadap memekku.

Senang77.com Agen Texas Poker dan Bandar Domino QQ Online Terpercaya Indonesia
Cerita Sex : Nasib seorang pelacur

"..WOWW aku kaget lihat kontolnya udah panjang gede lagi,pantas saja tadi gk msuk semuanya.
Lalu aku kulum kontolnya,di mulutpun hanya msuk separo aja,rönal semakin asik menjilati memekku.
Setelah itu kami ganti posisi kini ronal di bawah aku mendudukinya.

"..Goyang ya,aku pengen ngerasain goyanganmu.."ujarnya menggoda.

"..iya siap pak."jwbku.

Lalu ku genggam dan ku arahkan kontolnya ke arah lubang memekku hingga,sleeeb...sleeb aku trus tekan hingga kontolnya di telan memekku,aku agak menjerit karna kontolnya ronal terasa masuk ke dalam perutku.

".aaaaachhh..aaaaachhh...aaaaachhh..."ku mulai gerakkan goyanganku.

Lalu ronal mengangkat tubuhnya hingga menghadap pyudaraku dan di hsapnya.

Lalu ronal menelentangkan tubuhku dan di tindihnya,lagi-lagi desahanku keluar karna merasakan kontolnya ronal.

"aaaaachhh...aaaaachhh..aaaaachhh.aaaaachhh.aaaaachhh.aaaaachhh."ronal mepercepat genjotannya,aku mulai terasa ada sesuatu yang keluar dari memekku,semakin cepat dan aaaaachhh.aaaaachhh.desahan ronal.
Read More

Rabu, 27 April 2016

Cerita Sex : Reuni dengan mantan

Aku yang sudah menikah dan sebentar lagi memasuki umur yang ke 26 tahun aku sudah setahun menikah, tapi aku akan berbagi pengalaman dengan mantan aku namanya Okta, secara singkat diskripsi tentang diriku kulitku putih wajah oriental dengan tinggi tubuh 172 cm rambut hitam lurus, rambutku aku selalu kuncir keatas supaya menjadi perhatian yang melirik kearahku, dengan mata bulat, dan hidung mancung, pinggul yang aduhai, pokoknya jika pembaca melihatku, pasti akan melotot. Dijamin!!

Hari ini aku kuliah sampai jam 11.00, di tengah teriknya mentari kota ini, aku berjalan bergegas, menyeberangi Jalan Merdeka, aku menuju ke Purnawarman, lalu dengan angkot jurusan Ledeng, menuju ke rumahku di kawasan Cipaganti. Rumah yang dibelikan oleh ayahku, yang kutinggali bersama seorang adik, dan 3 orang dayang.

Okta pacarku, adalah seorang mahasiswa fakultas teknik dari Universitas yang sama, tapi lokasi kampusnya beda denganku. Beberapa tahun kemudian, lokasi kampusku kemudian dipindahkan.

Hari ini, seperti biasanya, selesai kuliah Okta datang, Sekitar pukul 13.00, Okta datang, kami duduk di depan TV. Tidak lama berselang saat para dayang beristirahat di kamar mereka, tangan Okta meraih bahuku dan menarik tubuhku sehingga rebah di pangkuannya.

Bibir kami lalu saling berpagutan, tangannya menjelajahi dadaku. Menelusup ke bawah dasterku, meremas payudara kiri dan kanan bergantian.

“Kau merokok lagi yah?” tanyaku.

“Tidak, tadi di kampus, anak-anak merokok semua, jadi bajuku juga bau asap!” elaknya.

“Kenapa mulutmu bau rokok juga?”

“Ah.. Tidak apalah kalo cuma sebatang!” jawabnya, langsung menyergap bibirku kembali.

Saat bibirnya mulai menjelajah turun ke leherku, aku semakin tak tahan, tangannya menarik Bra-ku ke atas, sehingga tangannya langsung menyentuh kulit buah dadaku. Diputar-putarnya pentilku bergantian. Kemaluanku mulai becek, batang kemaluan Okta terasa mengeras di punggungku, mengganjal.

Senang77.com Agen Texas Poker dan Bandar Domino QQ Online Terpercaya Indonesia
Cerita Sex : Reuni dengan mantan
Saat rasa gatal di kemaluanku memuncak, aku bangkit, dan mengatur posisi tubuhku menjadi merangkak membelakangi Okta yang duduk bersandar. Tangan Okta, meremas bola pantatku, yang sebelahnya merayap masuk melalui bagian bawah rokku.

Tangannya merayap di pahaku, meremas dengan liar, menambah perasaan nikmat. Kugoyangkan pinggulku meminta perhatian tangannya agar cepat membelai kemaluanku yang gatal. Saat yang ditunggu tiba, tangannya merambat perlahan di tepian karet celanaku, berputar-putar, menambah gairahku.

“Oh.. Sayang..” desisan keluar dari sudut bibirku.

Perasaan was-was agar tidak terdengar oleh para dayang timbul. Okta semakin liar, kain segitiga itu ditariknya, dan dengan bantuanku, diloloskan melalui sepasang kaki panjangku. Tangannya membelai lembut vaginaku, membuatku semakin melebarkan jarak antara kedua pahaku. Sangat asyik menikmati pekerjaan tangannya, membelai dan sesekali meremas dan mencubit bibir vaginaku.

“Auw.. Sayang..” Aku menjerit ketika tiba-tiba terasa hangat dan basah menyentuh selangkanganku, rupanya Okta mulai menggunakan mulutnya. Napasnya terasa keras di daerah duburku, lidahnya menyentuh, dan merangsek ke vaginaku. Sesekali dengan keras menyelinap ke celah sempit selangkanganku.

Aku semakin menggila saat tangannya menyergap payudaraku yang tergantung dibalik daster. Terasa textur kain, dikombinasikan dengan pijatan lembut pada putingku, ingin rasanya aku menjerit. Satu hal yang kusuka pada Okta, adalah kebiasaannya mencukur kumis dan jenggotnya sekali dalam seminggu, saat ini terasa mulai tumbuh, dan digesek-gesekkan seputar bola pinggulku. Terasa seperti amplas, menggaruk lembut seputaran bokongku.

Vaginaku terasa basah, bercampur liur dan cairan syahwatku, Okta jelas menikmati cita rasa cairan itu, bahkan cenderung ketagihan. Saat aku sedang terbuai nikmatnya oral sex, tiba-tiba terdengar pintu pagar dibuka orang. Aku bergegas menurunkan dasterku, dan kembali mengambil posisi duduk di samping Okta, menonton film di HBO, yang entah apa judulnya.

Ternyata adikku pulang, seketika itu juga, seorang dayang bangun, membuka pintu dan mengambil tas kuliahnya. Yuly, sebut saja demikian, adikku bungsu dari 4 bersaudara, selisih 1 tahun denganku. Kuliah di universitas yang sama dengan kami, namun beda fakultas.

Kampusnya selokasi dengan Okta, Yuly melintasi kami dan menuju ke ruang makan. Melihat potensi ancaman yang semakin besar, Okta mengajakku relokasi menuntaskan pekerjaan kami. Aku berdiri, dan menuju ke kamarku.

Okta tidak beranjak, matanya menatap TV, seolah asyik mengikuti jalan cerita film tersebut. Padahal aku yakin, tak ada sepotong ceritapun yang bisa nyangkut di otaknya. Saat aku selesai berganti pakaian, aku menarik tangan Okta, seolah memaksanya bangun.

“Kau mau kemana?” Yuly bertanya dari arah dapur.

“Mau ke Palasari, cari textbook!” jawabku.

“Aku mau titip donk!” Yuly bangkit dari meja makan.

“Nggak ah, nanti salah! Mendingan kau barengan teman-temanmu”

“Malas saya, nggak tahu dimana Palasari!” Balas Yuly.

Memang Yuly barusan beberapa Minggu tinggal di Bandung, setelah menyelesaikan SMU. Sedangkan aku telah setahun lebih. Aku menunjukkan keenggananku dititipi buku, soalnya kami sama sekali tidak berminat ke Palasari. Hanya sekedar alasan untuk keluar rumah.

“Masih panas, sorean lagi deh.” Okta berkata, tetapi dari matanya memberikan isyarat.

“Nggak ah, nanti tidak sempat memilih.”

Aku memberikan alasan, seraya menarik tangannya. Dengan memasang tampang seolah masih asyik menonton, Okta, meraih remote dan mematikan TV. Saat kami berjalan menyusuri gang sepi, kutarik tangan Okta, yang memegang tanganku dan meletakkannya di dadaku. Dengan liar Okta langsung meremas lembut, menaikkan nafsuku yang sempat tenggelam tadi.

“Hehe belum kapok yah, tadi hampir aja ketangkap!” Okta berkata lirih.

“Gimana donk, pengen banget nih!” kilahku.

“Lihat nih!” Okta merogoh kantongnya, menarik secarik kain, dan ternyata celana dalamku.

“Tadi kau ke kamar nggak sekalian dibawa sih?” Tanya Okta.

Saat itu sebuah angkot berhenti di depan kami. Aku naik dan seperti biasa mengambil posisi di belakang sopir. Posisi teraman, saat itu angkot dalam keadaan kosong dan berhenti menunggu penumpang di Jalan Cipaganti.

Lima belas menit menunggu tanpa hasil, Angkotnya jalan, kutarik tangan kanan Okta, kuletakkan di pahaku dan kututupi dengan tas. Tangan itu langsung meraba dan menggesek vaginaku dari luar celana.

Dengan menampilkan mimik sebiasa mungkin, sehingga sopir angkot tak akan menyangka apa yang terjadi di bawah sana. Tak berapa lama, angkot kembali berhenti di depan Ny. Suharti, menaikkan 2 orang. Aku agak kecewa, berarti selama perjalanan berikutnya akan terasa garing dan panas.

Di depan kampus, kedua orang itu turun, kami melanjutkan perjalanan, sekitar 50 meter, lalu turun dan berjalan kaki ke kost Okta. Kost Okta, sebuah tempat kost kelas menengah bawah, 60 kamar, terletak di belakang kampus, campur pria dan wanita.

Saat memasuki aula tengah, tampak beberapa mahasiswa teman Okta sedang main kartu, beberapa lembar seribuan di tengah meja, 5 orang pemain dan tampak 3 orang komentator. Okta memberikan kunci kamarnya kepadaku, dan berbincang sejenak dengan para penjudi sambil sesekali mengomentari permainan.

Aku masuk ke kamar Okta, yang agak berantakan, lembaran kertas penuh gambar, beberapa penuh tulisan angka berserakan di lantai kamar. Jendela kamar yang dilapisi kertas hitam membuat cahaya matahari sulit tembus.

Sayup-sayup masih terdengar suara mereka di ruangan tengah. Meskipun berjarak sekitar 10 meter dari kamar ini, tetapi keriuhan yang ditimbulkan masih terasa. Gairahku bangkit saat terdengar suara langkah khas Okta.

Saat pintu ditutup, kami berpelukan, sambil berciuman, tangan Okta merayap masuk dari bawah kaosku, meremas payudaraku, memencet puting susuku. Lidah yang saling dorong di antara jepitan bibir kami membuatku sungguh melayang, membuat kemaluanku terasa lembab.

Tangan Okta mendorong tubuhku, dan membalik badanku, sehingga aku berdiri membelakanginya. Okta menyelipkan kedua lengannya di ketiakku dam kembali memeluk tubuhku, dan tangannya meraba dadaku dengan leluasa, kali ini kedua tangannya dapat bekerja secara bersamaan.

Memang harus kuakui Okta bertindak tepat, dengan membalik tubuhku, kedua tangannya dapat berkerja dengan bebas, merayap di dadaku, kadang turun meremas kemaluanku dari luar jeansku, sehingga hanya terasa sentuhan ringan. Okta memeluk tubuhku semakin erat, sehingga terasa hembusan napasnya di leherku yang makin membakar birahi.

“Sayang..” Okta berbisik ke telingaku, yang membuatku menoleh, dan langsung terasa bibirku diserbu, kembali ciuman panas berulang.

Kali ini aku tidak bisa terlampau bebas bergerak, karena kedua lengan Okta terasa ketat menjepit badanku. Tanganku hanya dapat kuarahkan ke selangkangan Okta, itupun masih terasa terlampau jauh. Di pantatku terasa ganjalan, disebabkan kemaluan Okta yang telah ‘Erma” (Ereksi Maksimum).

Tangan Okta terasa membuka kancing celanaku, terasa getaran lembut saat tangannya menarik turun retsleting, posisi ini memungkinkan Okta membuka celanaku tanpa menghentikan ciuman kami. Saat telah terbuka, Okta menarik turun celana itu sehingga melewati pinggulku, dan sebelah tangannya menyerbu masuk ke balik celana dalamku, sedangkan yang sebelahnya kembali ke dadaku, meremas-remas payudaraku.

Saat tangannya perlahan mencapai rambut kemaluanku, berputar-putar sebentar di sana, kemudian terus turun mendekati celah kemaluanku dari arah jam 12. Tak ada jari yang menyusup ke celah bibir vaginaku, telapak tangannya terus ke bawah, menaungi kemaluanku, sehingga membuatku makin gelisah.

Aku mengangkat sebelah kakiku, guna melepaskan celana panjangku. Saat aku mengangkat kaki, terasa ada jari yang terpeleset menggesek bibir vagina sebelah dalam. Sebuah sentuhan ringan yang sungguh membuatku makin melayang.

Gesekan itu makin membuatku ketagihan, sehingga aku melakukan ritual melepas celana panjang secara perlahan, sambil menggerakkan pinggulku, berharap ada jari Okta yang kembali tersesat ke jalan yang benar. Sensasi yang sangat indah, sampai sekarang belum kudapatkan dari suamiku, meskipun gaya pacaran kami juga tak begitu bersih, tapi sangat jarang dia mengerjaiku dari belakang, aku ingin memintanya, tapi takut menunjukkan pengalamanku.

Back to story, Okta kali ini menciumi tengkukku, setelah tangannya menyingkirkan rambutku ke depan. Terasa tengkukku dijilat kecil, dan napasnya menghembus anak rambutku. Aku sangat menyukai jilatan di tengkuk, sehingga tanganku meraih rambut panjangku, dan memeganginya di ubun-ubunku.

Ini semakin membuat Okta leluasa menciumi tengkukku, dan meremas buah dadaku. Berulang-ulang jilatannya mengelilingi leherku, sebelah tangan di vaginaku dan sebelahnya lagi dipayudaraku. Sampai akhirnya Okta menghentikan ketiga serangannya, yang memberikanku kesempatan mengatur napasku yang sudah kembang kempis.

Kali ini Okta mengangkat kaosku, dan melepaskannya melalui kepalaku. Setelah terlepas, Okta kembali menciumi tengkukku, dan aku kembali memegang rambutku di ubun-ubun yang tadi terlepas saat Okta menanggalkan bajuku.

Senang77.com Agen Texas Poker dan Bandar Domino QQ Online Terpercaya Indonesia
Cerita Sex : Reuni dengan mantan
Jilatannya lebih bebas berputar, terasa begitu nikmat saat jilatannya bergerak menyusuri tulang belakang turun, diikuti hembusan napasnya yang halus di kulitku. Saat lidahnya terhalang BH, Okta tidak melepasnya, tetapi jilatannya menyusuri tali BH, ke samping tubuhku terus menjilati secara halus naik lagi ke arah pundak, dan kembali turun ke sisi tubuhku.

Tanganku yang memegangi rambut di atas kepalaku, membuatnya semakin mudah menjilati daerah sekitar ketiakku yang selalu tercukur bersih. Sungguh kali ini membuat kedua kakiku tak mampu menyangga bobot tubuhku.

Aku langsung berjalan dan duduk di kasur Okta yang hanya dialas di atas lantai tanpa dipan. Okta melepaskan kaos dan celananya, sehingga tampak kemaluannya membuat celana dalamnya menyembul, ia lalu memungut pakaianku dan menggantungnya di belakang pintu kamar bersama pakaiannya.

Di luar masih terdengar suara para penghuni kost yang masih asyik berjudi. Okta berjalan ke kasur, dan mendorong tubuhku sehingga rebah. Okta menindih tubuhku dan kami kembali berciuman. Kali ini lebih ganas, lidah Okta terasa sangat agresif merangsek ke rongga mulutku, sehingga bisa kusedot dengan sekuat tenaga. Dengan bertumpu pada sikutnya, Okta menggerak-gerakkan pinggulnya menyodok daerah selangkanganku. Aku pun menggerakkan pinggulku untuk menambah sensasi gerakan Okta.

Ciuman Okta kini berubah menjadi jilatan yang menyusuri leherku, turun terus ke arah dadaku, dan kembali ke samping tubuhku. Okta lalu bangkit dan membalik badanku lagi, sehingga aku kini telungkup. Okta melepaskan kait BH-ku dan kini menjilati punggungku sepanjang tulang belakang, membuatku menggigit bibirku guna menahan suara desah kenikmatan yang kurasakan. Aku makin menenggelamkan wajahku ke bantal, tatkala lidah Okta tiba di daerah pinggulku.

Tangannya menurunkan karet celana dalamku dan menciumi daerah sekitar belahan pantatku, yang membuatku mengangkat sedikit pinggulku. Rupanya gerakan otomatis tubuhku itu dimanfaatkan oleh Okta untuk menurunkan celana dalamku sampai sebatas paha, dalam posisi setengah menungging memberikan Okta kesempatan menjilati daerah sensitif yang sangat sempit antara dubur dan vaginaku.

Sungguh sensasional, getaran yang diberikan dari lidahnya langsung menaikkan tegangan birahiku ke titik tertinggi. Energi berupa sentuhan lidah yang sangat ringan diteruskan secara merata dan sama besar ke seluruh jaringan saraf kenikmatanku. Ini menyerupai prinsip kerja Hidrolik, dengan gaya yang kecil dari lidahnya, mampu menghasilkan gaya angkat yang sangat besar yang diteruskan melalui aliran darahku, kebetulan Okta adalah mahasiswa Fakultas Teknik mungkin ini adalah salah satu praktek ilmu yang didapatnya.

Well, setelah mengalami orgasme aku langsung jatuh telungkup, ini membuat akses ke daerah celah sempit di pinggulku tertutup dari serangan Okta, sehingga dia membaringkan dirinya di sampingku, seraya menumpangkan kakinya ke atas pantatku, dan tangannya membelai rambutku dan mengelus punggungku yang agak basah karena jilatan Okta dan keringatku sendiri.

Okta menarik selimut, menutupi tubuh kami berdua, karena memang Bandung pada saat-saat itu dalam masa pancaroba dari musim panas ke musim hujan, sehingga suhu udara sangat dingin dibandingkan dengan bulan-bulan lain dalam setahun.

Saat aku mencoba memulihkan kesadaranku, kurasakan kemaluan Okta yang masih terbungkus celana dalam mengganjal di pahaku, aku menghadapkan wajahku ke arah Okta, yang tampak tersenyum sangat simpatik ke arahku.

“Astaga, enak sekali rasanya, saya tidak akan melupakan saat ini.” Bisikku sambil mengelus pipi Okta.
“Aku juga tidak mau kehilangan waktu untuk menciummu sayang.” Balas Okta dan mendekatkan wajahnya ke wajahku, cukup dekat sehingga hidungku yang mancung dapat terjangkau oleh lidahnya.

Bibirku bisa menciumi dagunya yang terasa kasar ditumbuhi jenggot pendek. Aku membalikkan tubuhku, sehingga kami berdua saling berhadapan dalam posisi rebahan side by side. Pada saat jeda ini kami biasanya bercakap-cakap, menyatukan perbedaan pikiran, berbagai masalah kuliah, keluarga, bahkan masalah keuangan biasa kami diskusikan. Aku tak ingat masalah yang kami bicarakan saat itu, tapi aku ingat, setiap kali kami selesai bercinta, rasa cinta di dalam hatiku senantiasa bertambah kepadanya.

Tangan Okta meraba-raba buah dadaku, menyentuh-nyentuhkan ujung kukunya di pentil susuku, membuat gairahku bangkit kembali. Tanganku merambat menyusuri dadanya, dan perutnya yang ditumbuhi rambut yang cukup lebat.

Aku merapatkan tubuhku, sehingga kami dapat saling berciuman. Kali ini tanganku merogoh celana dalam Okta dan mengelus batang kemaluannya dan juga kedua buah pelirnya. Sambil terus berciuman, aku mendorong tubuhnya hingga telentang, dan kutindih dadanya dengan sebagian tubuhku, sehingga tanganku dapat dengan leluasa bermain dengan kejantanannya. Aku terus memagut bibirnya, dan perlahan turun ke dadanya, dan ke puting.

“Terbalik sayang.” Okta berkata.

“Terbalik apa?” Aku heran dan bertanya.

“Mestinya saya yang netek, bukan kau!” katanya sambil mendorong tubuhku hingga rebah.

Tidak kuat melawan tenaganya, sehingga aku hanya rebah tak berdaya. Okta menindih tubuhku, dan menyedot puting susuku. Dan sangat efektif untuk membangkitkan gairahku. Segera terasa cairan di liang senggamaku, Okta menciumi dadaku dan melempar selimut yang menutupi tubuh kami. Saat itu tak kusia-siakan, aku bangkit dan menduduki perutnya, kusodorkan dadaku ke mulutnya, sehingga Okta langsung rebah telentang.

Tanganku meraba ke bawah, mengocok kemaluannya yang telah keras. Sedotan Okta di puting susuku terasa melambungkan gairahku. Aku lalu turun dan melepaskan celana dalamku dan membantu Okta melepaskan celana dalamnya.

Melihat penisnya yang Erma, aku langsung menciumi batang itu, menjilati sepanjang batangnya, berputar-putar di kantung pelirnya, sambil sebelah tanganku merayap di perutnya. Saat aku memasukkan batang kemaluannya ke rongga mulutku, terdengar desah Okta seperti baru melepaskan beban di pundaknya.

“Oh.. Enak sekali Yang.” Suara Okta terdengar lirih, sambil tangannya menyibak rambutku, sehingga ia dapat memandang mulutku yang sedang mengulum kemaluannya.

Menatap matanya yang keenakan, menambah semangatku dan makin mempercepat gerakan kepalaku, dan menambah kuat sedotan mulutku. Kadang kuselingi dengan permainan lidah di dalam mulutku, menjilati kepala penisnya.

Saat kutarik hingga hanya kepalanya penisnya tersisa di mulutku, lidahku kugerak-gerakkan seolah sedang berciuman. Kulihat Okta tidak mampu bersuara, hanya mulutnya yang terbuka, mencoba menghirup lebih banyak oksigen.

Okta adalah pria pertama yang kuoral, meskipun keperawananku bukan kuserahkan padanya. Nanti akan kuceritakan saat hilangnya keperawananku, juga bagaimana aku memperoleh kepuasan dari kakakku.

“Sini sayang, aku ingin mencium memekmu.” Okta berkata.

Aku berputar, sehingga selangkanganku berhadapan dengan wajahnya. Kami berposisi 69, dan masing-masing melakukan kegiatan sendiri. Saat lidah Okta menyapu vaginaku, aku langsung melayang, terasa Okta menyapu semua cairan vaginaku, membersihkan semua lendir di celah vaginaku. Sangat nikmat terasa, membuatku semakin liar mengulum penisnya.

Penis Okta berukuran normal pria Indonesia, tampak gagah tersunat rapi. Ini yang membuatku sangat menikmati oral sex, ini merupakan penis bersunat pertama yang kudapatkan, dengan lelaki sebelumnya belum kutemukan. Aku sangat menikmati setiap kontur penis Okta, dengan menggerakkan lidahku mengitari palkon, menelusuri setiap titik di bagian itu membuatku semakin tergila-gila pada benda itu.

Dengan sedikit mengerahkan tenaga karena harus melawan arah natural penis itu. Setiap kali penis itu terlepas dari jepitan bibirku, langsung terpental seolah terbuat dari bahan elastis. Okta melipat lututnya, sehingga kepalaku berada di tengah kedua pahanya, dengan kedua tanganku aku menahan posisi pahanya agar tidak mengurangi daerah pergerakan kepalaku.

Sementara di arah yang berlawanan, terasa sangat nikmat Okta menjilati itilku, sementara tangannya masuk ke liang senggamaku, bergerak keluar masuk terlalu nikmat untuk dideskripsikan di sini.

Tak mau ketinggalan, aku pun mengeluarkan kemampuan oral terbaikku, kujilati sepanjang urat besar di bagian bawah batang penis Okta, dan kuteruskan sampai ke pelernya, tidak hanya sampai di situ, lidahku terus ke arah duburnya, menjilat dengan liar, tampak menunjukkan hasil, Okta menggerakkan pinggulnya ke atas, membuat lidahku bisa semakin jauh menjelajahi daerah selangkangannya.

“Sayang, masukin..” kata Okta.

Aku lalu bangkit, dan mengubah posisiku, kali ini aku berhadapan dengan Okta, dengan bertumpu pada lututku. Kuraih penis Okta dari tangannya yang sedang mengelus, dan langsung kuarahkan ke vaginaku.

Terasa nikmat saat benda itu menerobos masuk secara perlahan, menyusuri celah vaginaku. Kulihat Okta tersenyum, matanya terpejam, kulepaskan tanganku dari batangnya, dan mulai memelintir putingnya.

Okta membuka matanya, dan tangannya meraih payudaraku. Sambil meremas payudaraku, Okta menggerak-gerakkan pinggulnya, memaksa penisnya masuk lebih dalam lagi. Aku juga senantiasa bergerak menyesuaikan gerakan kami berdua. Kadang dengan agak memiringkan tubuhku, sehingga pada saat Okta menarik kemaluannya, sangat terasa gesekan di sisi dalam vaginaku.

Tiba-tiba aku merasakan peningkatan rangsangan, saat Okta mengarahkan jari telunjuknya ke klitorisku, sehingga menguras seluruh pertahananku. Digesek dan ditekan membuat diriku terasa melayang dan kehilangan pijakan.

Tubuhku langsung ambruk seketika, menindih Okta, perubahan posisi ini membuat Okta tidak bebas menggerakkan jemarinya yang terhimpit di antara tubuh kami. Tetapi pinggulnya tetap bergoyang lembut, mengantarkan diriku menikmati detik demi detik puncak kenikmatan seksual.

Setelah melalui orgasme, perlahan gairahku kembali berkobar, dengan goyangan batang penis di tengah jepitan vaginaku. Okta dengan konstan tetap menstimulasi vaginaku dengan batang nikmatnya. Aku mengangkat badanku, dan memutar membelakangi Okta, setelah mengarahkan, penis Okta langsung kududuki, dan menelan habis semua batang penis Okta.

Posisi favoritku, selain doggy style, juga woman on top, sehingga dengan berada di atas dan membelakangi Okta, terjadi kombinasi optimum. Apalagi saat Okta bangkit setengah duduk, dan tangannya menggapai buah dadaku yang ikut bergoyang, menambah sensasi kenikmatan posisi ini.

Senang77.com Agen Texas Poker dan Bandar Domino QQ Online Terpercaya Indonesia
Cerita Sex : Reuni dengan mantan
Tak lama Okta kemudian mendorong tubuhku, dan mengambil alih posisi di atas, dengan napasnya yang menderu, ia menyelipkan penisnya ke vaginaku. Setelah mendiamkan sejenak, Okta mulai bergoyang, lututku ditekuk dan agak diangkat sehingga pinggulku ikut terangkat.

Sebelah tangannya membantu menahan kedua kakiku, sedangkan yang satunya menyerbu klitoris yang kurang mendapat sentuhan pada posisi ini. Kami sering mendiskusikan berbagai posisi, sehingga bisa mengetahui kekurangan dan kelebihan setiap posisi favorit kami.

Posisi ini adalah favorit Okta, sebab ia bisa melihat dengan jelas bagaimana proses keluar masuk batang penisnya ke vaginaku. Kadang dengan menggunakan jempol dan jari tengahnya ia merapatkan kedua belahan vaginaku, dan jari telunjuknya mengerjai itilku.

Setelah bergoyang beberapa menit, Okta lantas mencabut penisnya, dan mengocoknya dengan tangan, dan segera muncrat spermanya, kental putih dan bau yang khas segera memenuhi ruangan kamarnya itu.

“Ah.. Enak sekali sayangku..” Okta akhirnya mampu mengeluarkan suaranya setelah mengalami ejakulasi.

“Saya selalu mau main denganmu, kapanpun kau mau!” Kataku sambil berusaha membantunya mengocok penisnya.

Ia lalu berbaring di sisiku, dan mengambil kertas tissue. Setelah membersihkan seluruh tumpahan spermanya, ia memelukku dengan erat dan menciumi bibirku. Seluruh badanku terasa lemas, terutama daerah pinggulku, namun di sisi lain, terasa pikiranku fresh.

Sungguh indah kenikmatan seks. Saat kuletakkan kepalaku di dada Okta, dan dibelai dengan lembut, sambil sesekali mencoba mengatur rambutku, saat itu tak terbayangkan bahwa kemudian kami harus putus.

Kami putus setahun setelah Okta lulus kuliah dan pindah ke Jakarta. Meskipun selama periode itu ia sering ke Bandung untuk weekend, tetapi itu saja tak mampu mempertahankan hubungan kami. Aku, seorang wanita bersuami, yang telah memberikan kesetiaan dan kegadisanku kepada orang lain.

Syukurlah suamiku adalah seorang yang tolol, ia sungguh percaya bahwa ia adalah lelaki pertama yang merobek vaginaku. Aku masih selalu membayangkan Okta, terutama saat sedang bersenggama dengan suamiku, dan aku sangat beruntung mendapatkan suami yang cukup tolol, sehingga kecuranganku selama ini bisa kututupi dengan mudah.

Saya percaya bahwa kami bukanlah satu-satunya pasangan mahasiswa yang melakukan hubungan seks, mungkin suamiku juga pernah melakukannya.

Cerita ini mulai saya susun pada tahun 2001, saat aku putus dengan Okta, berusaha sesedikit mungkin mengubah conversation, lokasi tidak saya rinci terlalu jauh. Sekedar mengingat cerita indah di antara kami, sekaligus sebagai tumpahan perasaan sesalku saat menyetujui anjuran orang tuaku untuk memutus hubungan kami.

Biarlah, setidaknya aku berusaha mempertahankan citra diriku sebagai anak yang penurut, juga setidaknya menghapus kecurigaan keluargaku yang meragukan status keperawananku. Pembaca bisa menghubungi saya, melalui penulis, salah seorang e-friends, yang tidak pernah mengetahui ID saya secara jelas. Lebih aman sekiranya kita bercerita kepada seseorang yang tidak kita kenal, sehingga probabilitas bocor bisa mendekati titik nol. Salam.
Read More

Selasa, 26 April 2016

Cerita Sex : Bercinta di kantor

Kondisi kantor yang sekarang masih sepi soal kerjaan membuat Arya yang ada diruangannya melamun dengan gelar insinyur dia sedang duduk kepalanya disenderkan ke kursi sambil tangannya memutar bullpen yang sedang dia pegang, kelihatannya dia sedang menaruh kasih kepada seorang wanita yang lain adalah bawahannya sendiri namanya Sitha.

Dia memang cantik dan seksi. Di usianya yang baru mencapai 28 tahun, tubuhnya memang sempurna dan menantang birahi setiap pria yang memandangnya. Terutama dadanya yang terlihat amat membusung indah. Sitha ini sudah cukup lama bekerja di kantor itu. Ia kini menjadi Kepala Bagian Pemasaran dan Distribusi yang membawahi 70 orang karyawan. Berkali-kali Arya mengajak Sitha untuk makan malam, tetapi selalu ditolaknya.

Berbagai alasan diutarakannya. Capailah, atau alasan lain, mungkin dia sudah punya pacar. Inilah yang membuat Arya berpikir keras sejak tadi.

"Hmm.. gimana caranya supaya ia bisa takluk di pelukanku..? Nah.. aku tahu sekarang.. Aku akan menemui orang itu nanti malam.." tiba-tiba Arya teringat seseorang yang mungkin menjadi satu-satunya harapan untuk mendapatkan Sitha.

Dengan penuh semangat, ia mengemudikan mobilnya menuju sebuah hutan terpencil sekitar 15 kilometer dari rumahnya. Rupanya, orang yang ia tuju adalah seorang tua yang tidak lain adalah dukun ilmu hitam.

Senangpoker.com Agen Texas Poker dan Bandar Domino QQ Online Terpercaya Indonesia
Cerita Sex : Bercinta di kantor
Namanya Mbah Za'in. Orang ini terkenal di seantero kota itu sebagai dukun santet yang amat sakti. Apapun keinginan orang yang datang padanya pasti tercapai. Ia belum pernah gagal. Orang yang datang padanya tinggal memberinya upah, baik uang ataupun barang yang lain.

Tidak jarang mereka menghadiahkan wanita untuk ditiduri oleh sang dukun. Tua-tua keladi, makin tua nafsunya makin jadi.

Saat Arya sampai di rumah tua itu, segera saja ia mengetuk pintu.

"Siapa di situ?" terdengar suara Mbah Za'in dari dalam.

"Permisi, Mbah.. boleh saya masuk..?" teriak Arya.

"Ya, silahkan.." jawab Mbah Za'in sambil membuka pintu kayu yang sudah agak reyot itu.

Setelah disuruh masuk, Arya langsung duduk di ruangan tengah rumah tua itu yang penuh dengan bau kemenyan. Bulu kuduknya terasa mulai berdiri. Diperhatikannya seluruh isi ruangan itu. Memang menyeramkan suasananya.

Ada tengkorak, kepala macan, kain-kain bergelantungan yang berwarna hitam dan merah darah, lalu seperti tempat pedupaan yang berada persis di hadapannya.

"Ada perlu apa, Nak Arya malam-malam kemari..?" tiba-tiba Sang Dukun bertanya.

Arya tentu saja kaget tidak kepalang. Ia tidak menyangka Mbah Zain mengetahui namanya. Benar-benar sakti.

"Eh.. anu Mbah.., saya butuh pertolongan.. saya suka dengan seorang gadis.. Sitha namanya, kebetulan bawahan saya sendiri di kantor.. tapi saya selalu ditolaknya bila saya mengajaknya keluar makan malam.. Nah ini fotonya.." jawab Arya dengan terbata-bata sambil mengeluarkan dari kantong kemejanya selembar foto close-up seorang gadis berambut panjang sebahu yang amat cantik.

"Oh begitu.." jawab Mbah Za'in sambil memegang foto itu dan kemudian mengelus-elus jenggot putihnya yang panjang.

"Bisa.. bisa.. tapi apa upahnya nanti kalo kau berhasil mendapatkan dia, heh..?"

"Jangan kuatir, Mbah.. Saya sediakan 100 juta rupiah buat Mbah.. dan kalo saya bisa mendapatkan dia malam ini juga, setengahnya saya berikan dalam bentuk cek sekarang juga.. Gimana Mbah..?"

"Baiklah.." jawab si dukun, "Kalo begitu buka pakaianmu.. kau cukup hanya mengenakan celana dalam saja, lalu duduklah dengan posisi bersila di hadapanku.."

Arya pun menuruti semua perintah si dukun. Setelah itu, Mbah Za'in kemudian membaca beberapa mantera dan menabur kemenyan di atas pedupaan di depannya. Tidak lama kemudian, terdengar petir menggelegar dan lampu ruangan itu tiba-tiba padam lalu hidup lagi.

Arya pun kemudian memejamkan matanya. Saat itu juga, roh sukma Arya seperti terlepas dari tubuhnya dan seperti melayang pergi ke luar rumah itu. Roh sukma Arya yang setengah telanjang itu bergerak menuju rumah Sitha yang berjarak sekitar 18 kilometer dari sana.

Di rumahnya, Sitha tengah berusaha tidur. Ia mengenakan daster putih yang amat transparan. Di baliknya, ia tidak mengenakan apa-apa lagi. Payudaranya yang berukuran 38 jelas terlihat, demikian juga dengan bulu-bulu kemaluannya yang menghitam.

Setiap malam, ia selalu tidur dengan cara begitu. Ia merasa gerah karena panasnya udara yang terus saja menaungi ruangan kamarnya. Tiba-tiba saat ia ingin terlelap, berhembuslah angin yang terasa menusuk sum-sum tubuh. Ia terbangun.

Jendela kamarnya tiba-tiba saja terbuka dan angin itu masuk. Dan memang angin aneh itu adalah terpaan roh sukma Arya kiriman sang dukun. Roh sukma Arya bisa melihat posisi tubuh Sitha tapi Sitha tidak melihat apa-apa. Ia hanya merasakan terpaan angin aneh itu.

Sekonyong-konyong seperti ada dua tangan kekar merobek baju daster Sitha. Sitha yang kaget menjadi ketakutan setengah mati. Ia berusaha melawannya. Tapi ia kalah cepat. Daster itu lebih dulu robek. Ia kini telanjang.

Dan roh sukma Arya dengan sengaja mendorong tubuhnya jatuh telentang ke ranjang. Dengan cepat roh Arya mencium bibir, wajah, leher dan payudara Sitha yang besar itu. Sitha berusaha melakukan perlawanan.

Senangpoker.com Agen Texas Poker dan Bandar Domino QQ Online Terpercaya Indonesia
Cerita Sex : Bercinta di kantor
Tapi ia bingung, sebab ia merasakan ciuman-ciuman itu tapi sosok yang menciumnya tidak terlihat. Beberapa menit kemudian, karena putus asa, ia menyerah. Roh Arya kemudian membuka celana dalamnya. Lalu penisnya yang sudah membesar diarahkan ke mulut Sitha.

Karena sudah merasa terangsang oleh ciuman-ciuman itu, Sitha pun mulai mengulum penis besar tegak yang tidak kelihatan tapi terasa wujudnya itu. Ia mengulum, menghisap-hisap, dan menjilat penis itu. Kalau ada orang yang melihat Sitha saat itu, pastilah orang itu akan mengira bahwa Sitha sedang berpantomim dengan memperagakan gerakan oral seks.

Tapi Sitha memang merasa ada penis besar tegak sedang dihisap dan dijilat-jilatnya. Tanpa membuang waktu lagi, roh sukma Arya segera membuka kedua kaki Sitha. Tampak sekarang liang kewanitaannya yang sudah basah karena terangsang berat. Roh Arya pun segera mengarahkan penisnya ke liang kemaluan Sitha.

Dengan sekali dorongan, "Bless.. jeb.. bless.." masuklah penis besar tegak itu ke lubang senggama Sitha.
Sitha terlihat merem-melek merasakan senjata aneh itu keluar masuk di liang ajaibnya. Darah segar pun mengalir keluar dari vaginanya.

Darah perawan, karena memang selama ini Sitha belum pernah berhubungan dengan pria manapun. Karena merasa keenakan, Sitha pun mengimbanginya dengan menggerak-gerakkan tubuhnya ke atas, ke bawah dan berputar-putar.

Kemudian roh sukma Arya pun mengangkat tubuh Sitha dan menyuruhnya untuk menungging. Ia lantas menusukkan penisnya dari belakang. Dan penis itu pun masuk tanpa halangan lagi. Sitha terlihat menikmati tusukan penis itu.

Dan sejam kemudian, roh sukma Arya pun seperti akan mencapai puncak orgasmenya dan ia pun menumpahkan maninya ke sekujur tubuh Sitha yang saat itu telah tergolek tidak berdaya. Setelah puas, roh itu seolah-olah terbang kembali ke tempat asalnya.

Sitha yang kemudian tersadar, menjadi bingung dan bertanya-tanya apa sebenarnya yang telah terjadi. Tapi kemudian ia sadar bahwa sesosok makhluk tanpa bentuk telah menodainya dan ia tidak tahu siapa sebenarnya makhluk itu.

Ia lantas menangis tersedu-sedu. Nasi sudah menjadi bubur. Ya, keperawanannya telah hilang. Entah apa yang akan dikatakannya pada Robert, pacarnya bila akhirnya mereka menikah suatu hari nanti.

Sementara itu di rumah sang dukun, Arya yang telah berpakaian lengkap kembali, tersenyum puas.

"Terima kasih Mbah.. Ini cek senilai 50 juta yang tadi saya janjikan.. Saya akan memberikan sisanya bila Mbah mampu membuat Sitha menjadi tergila-gila pada saya.." ujarnya dengan senyuman licik di wajahnya.

"Oh.. itu gampang.. telan saja telur empedu rusa Kalamujeng ini.. dijamin besok pun gadis itu akan kau nikmati lagi kesintalan tubuhnya.." jawab si dukun sambil mengambil sebuah benda mirip telur hijau kecil dari kantong jubah lusuhnya.

Tanpa pikir panjang lagi, Arya menelan telur itu.

Keesokan harinya, apa yang dikatakan Mbah Za'in benar-benar terjadi. Saat suasana kantor pagi itu belum terlalu ramai, pintu kantor Arya diketuk seseorang. Ketika Arya menanyakan siapa yang mengetuk, suatu suara lembut berujar, "Maaf Pak.. saya ingin berbicara sebentar dengan Bapak.."
Mendengar suara itu, bukan main girangnya hati Arya.

Ya, itu suara Sitha. Inilah kesempatan yang ia tunggu-tunggu. Dengan bergegas ia membuka pintu itu, dan ternyata benar. Sitha tampak cantik berdiri di sana dengan mengenakan rok mini. Sebuah senyuman genit tampak di wajahnya.

Tanpa membuang waktu lagi, Arya menarik tangan Sitha. Ia lalu membawanya ke sofa besar di pojokan ruang kantornya itu. Dengan cepat ia mencium bibir Sitha dan Sitha pun membalasnya dengan semangat.

Tangan Arya pun segera menggerayangi tubuh mulusnya. Pertama-tama yang dituju adalah tentu saja buah dada besarnya.

Dibukanya kancing kemeja Sitha, lalu disingkapkannya BH-nya, dan segera saja payudara itu diremas-remasnya tanpa ampun. Sitha tentu saja menggelinjang hebat. Lalu ia dengan inisiatif sendiri membuka semua pakaiannya.

Melihat itu, Arya tak mau kalah. Penisnya sudah tegang seperti siap untuk berperang. Tanpa disuruh lagi, saat keduanya sudah telanjang total, Sitha jongkok dan meraih penis itu untuk dikulum, dihisap-hisap lalu dijilatnya sambil membelai-belai kantong zakar Arya.

Arya merasakan kenikmatan surga dunia yang tiada taranya. Kepala penisnya dijilat-jilat dengan penuh nafsu oleh Sitha. Setelah penis itu benar-benar tegak, kini giliran Arya yang mencoba membuat Sitha terangsang.

Diciuminya bulu-bulu kemaluan Sitha, lalu lidahnya dengan sengaja dijulurkan ke dalam vagina Sitha sambil berusaha menarik-narik keluar klitorisnya.

Senangpoker.com Agen Texas Poker dan Bandar Domino QQ Online Terpercaya Indonesia
Cerita Sex : Bercinta di kantor
"Uh.. uh.. uh.. uh.. aduh nikmatnya.. Terus Bas.. terus.." kata Sitha dengan tangannya memegang kepala Arya yang kini sedang bergerilya di pangkal pahanya.

"Masukin sekarang aja, Bas.. kumohon, Sayangku.."

Mendengar itu, Arya segera mengajak Sitha bermain di atas meja kantornya yang cukup besar. Arya rebahan di sana dan Sitha langsung naik ke atas pahanya.

Posisi mereka berhadapan. Dengan penuh kelembutan, Sitha membawa penis Arya yang sudah tegak dan besar itu ke liang kenikmatannya. Dan ia pun dengan sengaja menurunkan pantatnya

Dan, "Bless.. bless.. jeb.. plouh.." penis itu tak ayal lagi masuk separuhnya ke lubang kemaluan Sitha.
Sementara Sitha terus saja naik turun di atas pahanya, Arya segera dengan posisi duduk meraih payudara Sitha dan mencium serta menghisapnya seperti seorang bayi yang sedang disusui oleh ibunya.

Setengah jam berlalu, tapi permainan birahi mereka belum juga menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Kemudian Arya turun dari meja itu, lalu menyuruh Sitha menungging dengan tangan berpegangan pada pinggiran meja itu.

Penisnya yang kini telah basah oleh cairan vagina Sitha kembali diarahkan ke lubang senggama Sitha.

Dengan sekali tancap, penis itu masuk.

"Bless.. bless.. clop.. plak.. plak.." terdengar bunyi daging paha keduanya bergesekan dengan keras.
Tiba-tiba saja, kedua mata Arya terbeliak yang berarti ia sebentar lagi akan ejakulasi.

"Di dalam atau di luar, Sit..?" tanyanya di tengah-tengah puncak nafsunya.

"Di dalam aja deh.. biar nikmat, Bas.." jawab Sitha seenaknya.

Dan benar saja, "Crot.. crot.. crot.. crot.." sebanyak sembilan kali semprot, mani Arya keluar di dalam liang senggama milik Sitha.

Sisa-sisa mani yang ada pada kepala penis Arya, kemudian dibersihkan oleh Sitha dengan lidah dan mulutnya. Bahkan sebagian di antaranya ada yang ditelan olehnya. Keduanya kemudian saling melemparkan senyum puas.

Sejak itu, Arya dan Sitha menjadi sepasang kekasih. Dimana pun mereka memiliki kesempatan, mereka selalu berhubungan seks. Sampai saat itu, Sitha tidak pernah tahu bahwa Arya lah yang pertama memperawaninya melalui roh sukmanya. Memang hebat ilmu hitam si Mbah Za'in..!
Read More

Senin, 25 April 2016

Cerita Sex : Nikmat nya posisi 69

Peristiwa ini terjadi saat aku masih duduk di kelas 3 SMP dimana seharusnya pada umur segitu belum mengenal namanya seks , tidak tau kenapa aku begitu memahami dan ingin merasakan hal yang enak katanya orang bilang begitu, karena dirumahku sering di datangi oleh teman mamaku, sungguh teman mamaku yang maen kerumah seksi seksi terutama namanya Tante Via, tubuhnya langsing, wajahnya muda membikin gerrr.

Tante Via ini tinggal dekat rumahku, hanya beda 5 rumahlah, nah Tante Via ini cukup deket sama keluargaku meskipun enggak ada hubungan saudara. Dan dapat dipastikan kalau sore biasanya banyak ibu-ibu suka ngumpul di rumahku buat sekedar ngobrol bahkan suka ngomongin suaminya sendiri. Nah Tante Via inilah yang bikin aku cepet gede (maklumlah anak masih puber kan biasanya suka yang cepet-cepet).

Biasanya Tante Via kalau ke rumah Aku selalu memakai daster atau kadang-kadang celana pendek yang bikin aku ser.. ser.. ser.. Biasanya kalau sudah sore tuh ibu-ibu suka ngumpul di ruang TV dan biasanya juga aku pura-pura nonton TV saja sambil lirak lirik. Tante Via ini entah sengaja atau nggak aku juga enggak tahu yah. Dia sering kalau duduk itu tuh mengangkang, kadang pahanya kebuka dikit bikin Aku ser.. ser lagi deh hmm.

Apa keasyikan ngobrolnya apa emang sengaja Aku juga enggak bisa ngerti, tapi yang pasti sih aku kadang puas banget sampai-sampai kebayang kalau lagi tidur. Kadang kalau sedang ngerumpi sampai ketawa sampai lupa kalau duduk nya Tante Via ngangkang sampai-sampai celana dalemnya keliatan (wuih aku suka banget nih).

Pernah aku hampir ketahuan pas lagi ngelirik wah rasanya ada perasaan takut malu sampai-sampai Aku enggak bisa ngomong sampai panas dingin tapi Tante Via malah diam saja malah dia tambahin lagi deh gaya duduknya. Nah dari situ aku sudah mulai suka sama tuh Tante yang satu itu. Setiap hari pasti Aku melihat yang namanya paha sama celana dalem tuh Tante.

Pernah juga Aku waktu jalan-jalan bareng ibu-ibu ke puncak nginep di villa. Ibu-ibu hanya bawa anaknya, nah kebetulan Mami Aku ngsajak Aku pasti Tante Via pula ikut wah asyik juga nih pikir ku. Waktu hari ke-2 malam-malam sekitar jam 8-9 mereka ngobrol di luar deket taman sambil bakar jagung.

Senangpoker.com Agen Texas Poker dan Bandar Domino QQ Online Terpercaya Indonesia
Cerita Sex : Nikmat nya posisi 69
Ternyata mereka sedang bercerita tentang hantu, ih dasar ibu-ibu masih juga kaya anak kecil ceritanya yang serem-serem, pas waktu itu Tante Via mau ke WC tapi dia takut. Tentu saja Tante Via di ketawain sama gangnya karena enggak berani ke WC sendiri karena di villa enggak ada orang jadinya takut sampai-sampai dia mau kencing di deket pojokan taman.

Lalu Tante Via menarik tangan Aku minta ditemenin ke WC, yah aku sih mau saja. Pergilah aku ke dalam villa sama Tante Via, sesampainya Aku di dalam villa Aku nunggu di luar WC eh malah Tante Vian ngsajak masuk nemenin dia soalnya katanya dia takut.

"Lex temenin Tante yah tunggu di sini saja buka saja pintu nya enggak usah di tutup, Tante takut nih", kata Tante Via sambil mulai berjongkok.

Dia mulai menurunkan celana pendeknya sebatas betis dan juga celana dalamnya yang berwarna putih ada motif rendanya sebatas lutut juga.

"Serr.. rr.. serr.. psstt", kalau enggak salah gitu deh bunyinya. Jantungku sampai deg-degan waktu liat Tante Via kencing, dalam hatiku, kalau saja Tante Via boleh ngasih liat terus boleh memegangnya hmm. Sampai-sampai aku bengong ngeliat Tante Via.

"Heh kenapa kamu Lex kok diam gitu awas nanti kesambet" kata Tante Via.

"Ah enggak apa-apa Tante", jawabku.

"Pasti kamu lagi mikir yang enggak-enggak yah, kok melihatnya ke bawah terus sih?", tanya Tante Via.

"Enggak kok Tante, aku hanya belum pernah liat cewek kencing dan kaya apa sih bentuk itunya cewek?" tanyaku.

Tante Via cebok dan bangun tanpa menaikkan celana sama CDnya.

"Kamu mau liat Lex? Nih Tante kasih liat tapi jangan bilang-bilang yah nanti Tante enggak enak sama Mamamu", kata Tante Via.

Aku hanya mengangguk mengiyakan saja. Lalu tanganku dipegang ke arah vaginanya. Aku tambah deg-degan sampai panas dingin karena baru kali ini Aku megang sama melihat yang namanya memek. Tante Via membiarkanku memegang-megang vaginanya.

"Sudah yah Lex nanti enggak enak sama ibu-ibu yang lain dikirain kita ngapain lagi".
"Iyah Tante", jawabku.

Lalu Tante Via menaikan celana dalam juga celana pendeknya terus kami gabung lagi sama ibu-ibu yang lain.

Esoknya aku masih belum bisa melupakan hal semalam sampai sampai aku panas dingin. Hari ini semua pengen pergi jalan-jalan dari pagi sampai sore buat belanja oleh-oleh rekreasi. Tapi aku enggak ikut karena badanku enggak enak.

"Lex, kamu enggak ikut?" tanya mamiku.

"Enggak yah Mam aku enggak enak badan nih tapi aku minta di bawain kue mochi saja yah Mah" kataku.

"Yah sudah istirahat yah jangan main-main lagi" kata Mami.

"Via, kamu mau kan tolong jagain si Alex nih yah, nanti kalau kamu ada pesenan yang mau di beli biar sini aku beliin" kata Mami pada Tante Via.

"Iya deh Kak aku jagain si Alex tapi beliin aku tales sama sayuran yah, aku mau bawa itu buat pulang besok" kata Tante Via.

Akhirnya mereka semua pergi, hanya tinggal aku dan Tante Via berdua saja di villa, Tante Via baik juga sampai-sampai aku di bikinin bubur buat sarapan, jam menunjukan pukul 9 pagi waktu itu.

"Kamu sakit apa sih Lex? kok lemes gitu?" tanya Tante Via sambil nyuapin aku dengan bubur ayam buatannya.

"Enggak tahu nih Tante kepalaku juga pusing sama panas dingin aja nih yang di rasa" kataku.

Tante Via begitu perhatian padaku, maklumlah di usia perkawinannya yang sudah 5 tahun dia belum dikaruniai seorang buah hati pun.

"Kepala yang mana Lex atas apa yang bawah?" kelakar Tante Via padaku.

Aku pun bingung, "Memangya kepala yang bawah ada Tante? kan kepala kita hanya satu?" jawabku polos.

"Itu tuh yang itu yang kamu sering tutupin pake segitiga pengaman" kata Tante Via sambil memegang si kecilku.

"Ah Tante bisa saja" kataku.

"Eh jangan-jangan kamu sakit gara-gara semalam yah" aku hanya diam saja.

Selesai sarapan badanku dibasuh air hangat oleh Tante Via, pada waktu dia ingin membuka celanaku, kubilang, "Tante enggak usah deh Tante biar Alex saja yang ngelap, kan malu sama Tante"

"Enggak apa-apa, tanggung kok" kata Tante Via sambil menurunkan celanaku dan CDku.

Dilapnya si kecilku dengan hati-hati, aku hanya diam saja.

"Lex mau enggak pusingnya hilang? Biar Tante obatin yah"

"Pakai apa Tan, aku enggak tahu obatnya" kataku polos.

"Iyah kamu tenang saja yah" kata Tante Via.

Lalu di genggamnya batang penisku dan dielusnya langsung spontan saat itu juga penisku berdiri tegak. Dikocoknya pelan-pelan tapi pasti sampai-sampai aku melayang karena baru pertama kali merasakan yang seperti ini.

"Achh.. cchh.." aku hanya mendesah pelan dan tanpa kusadari tanganku memegang vagina Tante Via yang masih di balut dengan celana pendek dan CD tapi Tante Via hanya diam saja sambil tertawa kecil terus masih melakukan kocokannya. Sekitar 10 menit kemudian aku merasakan mau kencing.

Senangpoker.com Agen Texas Poker dan Bandar Domino QQ Online Terpercaya Indonesia
Cerita Sex : Nikmat nya posisi 69

"Tante sudah dulu yah aku mau kencing nih" kataku.

"Sudah, kencingnya di mulut Tante saja yah enggak apa-apa kok" kata Tante Via.

Aku bingung campur heran melihat penisku dikulum dalam mulut Tante Via karena Tante Via tahu aku sudah mau keluar dan aku hanya bisa diam karena merasakan enaknya.

"Hhgg..achh.. Tante aku mau kencing nih bener " kataku sambil meremas vagina Tante Via yang kurasakan berdenyut-denyut.

Tante Viapun langsung menghisap dengan agresifnya dan badanku pun mengejang keras.

"Croott.. ser.. err.. srett.." muncratlah air maniku dalam mulut Tante Via, Tante Via pun langsung menyedot sambil menelan maniku sambil menjilatnya. Dan kurasakan vagina Tante Via berdenyut kencang sampai-sampai aku merasakan celana Tante Via lembab dan agak basah.

"Enak kan Lex, pusingnya pasti hilang kan?" kata Tante Via.

"Tapi Tante aku minta maaf yah aku enggak enak sama Tante nih soalnya Tante.."

"Sudah enggak apa-apa kok, oh iya kencing kamu kok kental banget, wangi lagi, kamu enggak pernah ngocok Lex?"

"Enggak Tante"

Tanpa kusadari tanganku masih memegang vagina Tante Via.

"Loh tangan kamu kenapa kok di situ terus sih". Aku jadi salah tingkah

"Sudah enggak apa-apa kok, Tante ngerti" katanya padaku.

"Tante boleh enggak Alex megang itu Tante lagi" pintaku pada Tante Via.

Tante Via pun melepaskan celana pendeknya, kulihat celana dalam Tante Via basah entah kenapa.

"Tante kencing yah?" tanyaku.

"Enggak ini namanya Tante nafsu Lex sampai-sampai celana dalam Tante basah".

Dilepaskannya pula celana dalam Tante Via dan mengelap vaginanya dengan handukku. Lalu Tante Via duduk di sampingku

"Lex pegang nih enggak apa-apa kok sudah Tante lap" katanya. Akupun mulai memegang vagina Tante Via dengan tangan yang agak gemetar, Tante Via hanya ketawa kecil.

"Lex, kenapa? Biasa saja donk kok gemetar kaya gitu sih" kata Tante Via.

Dia mulai memegang penisku lagi, "Lex Tante mau itu nih".

"Mau apa Tante?"

"Itu tuh", aku bingung atas permintaan Tante Via.

"Hmm itu tuh, punya kamu di masukin ke dalam itunya Tante kamu mau kan?"

"Tapi Alex enggak bisa Tante caranya"

"Sudah, kamu diam saja biar Tante yang ajarin kamu yah" kata Tante Via padaku.

Mulailah tangannya mengelus penisku biar bangun kembali tapi aku juga enggak tinggal diam aku coba mengelus-elus vagina Tante Via yang di tumbuhi bulu halus.

"Lex jilatin donk punya Tante yah" katanya.

"Tante Alex enggak bisa, nanti muntah lagi"

"Coba saja Lex"

Tante pun langsung mengambil posisi 69. Aku di bawah, Tante Via di atas dan tanpa pikir panjang Tante Via pun mulai mengulum penisku.

"Achh.. hgghhghh.. Tante"

Aku pun sebenarnya ada rasa geli tapi ketika kucium vagina Tante Via tidak berbau apa-apa. Aku mau juga menjilatinya kurang lebih baunya vagina Tante Via seperti wangi daun pandan (asli aku juga bingung kok bisa gitu yah) aku mulai menjilati vagina Tante Via sambil tanganku melepaskan kaus u can see Tante Via dan juga melepaskan kaitan BH-nya, kini kami sama-sama telanjang bulat.

Tante Via pun masih asyik mengulum penisku yang masih layu kemudian Tante Via menghentikannya dan berbalik menghadapku langsung mencium bibirku dengan nafas yang penuh nafsu dan menderu.

"Kamu tahu enggak mandi kucing Lex" kata Tante Via.

Aku hanya menggelengkan kepala dan Tante Via pun langsung menjilati leherku menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya di jilatnya, lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku dan penisku pun mulai bereaksi mengeras.

Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena di bagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan yang begitu dahsyat. Tante Via pun langsung menjilati penisku tanpa mengulumnya seperti tadi dia menghisap-hisap bijiku dan juga terus sampai-sampai lubang pantatku pun dijilatinya sampai aku merasakan anusku basah.

Kulihat payudara Tante Via mengeras, Tante Via menjilati sampai ke betisku dan kembali ke bibirku dikulumnya sambil tangannya mengocok penisku, tanganku pun meremas payudara Tante Via. Entah mengapa aku jadi ingin menjilati vagina Tante Via, langsung Tante Via kubaringkan dan aku bangun, langsung kujilati vagina Tante Via seperti menjilati es krim.

"Achh.. uhh.. hhghh.. acch Lex enak banget terus Lex, yang itu isep jilatin Lex" kata Tante Via sambil menunjuk sesuatu yang menonjol di atas bibir vaginanya.

Aku langsung menjilatinya dan menghisapnya, banyak sekali lendir yang keluar dari vagina Tante Via tanpa sengaja tertelan olehku.

"Lex masukin donk Tante enggak tahan nih"

"Tante gimana caranya?"

Tante Via pun menyuruhku tidur dan dia jongkok di atas penisku dan langsung menancapkannya ke dalam vaginanya. Tante Via naik turun seperti orang naik kuda kadang melakukan gerakan maju mundur. Setengah jam kami bergumul dan Tante Via pun mengejang hebat.

"Lex Tante mau keluar nih eghh.. huhh achh" erang Tante Via.

Akupun di suruhnya untuk menaik turunkan pantatku dan tak lama kurasakan ada sesuatu yang hangat mengalir dari dalam vagina Tante Via. Hmm sungguh pengalaman pertamaku dan juga kurasakan vagina Tante Via mungurut-urut penisku dan juga menyedotnya.

Kurasakan Tante Via sudah orgasme dan permainan kami terhenti sejenak. Tante Via tidak mencabut penisku dan membiarkanya di dalam vaginanya.

Senangpoker.com Agen Texas Poker dan Bandar Domino QQ Online Terpercaya Indonesia
Cerita Sex : Nikmat nya posisi 69

"Lex nanti kalau mau kencing kaya tadi bilang ya" pinta Tante Via padaku.

Akupun langsung mengiyakan tanpa mengetahui maksudnya dan Tante Viapun langsung mengocok penisku dengan vaginanya dengan posisi yang seperti tadi.

"Achh .. Tante enak banget achh.., gfggfgfg.." kataku dan tak lama aku pun merasakan hal yang seperti tadi lagi.

"Tante Alex kayanya mau kencing niih"

Tante Via pun langsung bangun dan mengulum penisku yang masih lengket dengan cairan kewanitaanya, tanpa malu dia menghisapnya dan tak lama menyemburlah cairan maniku untuk yang ke 2 kalinya dan seperti yang pertama Tante Via pun menelannya dan menghisap ujung kepala penisku untuk menyedot habis maniku dan akupun langsung lemas tapi disertai kenikmatan yang alang kepalang.

Kami pun langsung mandi ke kamar mandi berdua dengan telanjang bulat dan kami melakukannya lagi di kamar mandi dengan posisi Tante Via menungging di pinggir bak mandi. Aku melakukannya dengan cermat atas arahan Tante Via yang hebat.

Selasai itu jam pun menunjukan pukul 1 siang langsung makan siang dengan telur dadar buatan Tante Via, setelah itu kamipun capai sekali sampai-sampai tertidur dengan Tante Via di sampingku, tapi tanganku kuselipkan di dalam celana dalam Tante Via.

Kami terbangun pada pukul 3 sore dan sekali lagi kami melakukannya atas permintaan Tante Via, tepat jam 4:30 kami mengakhiri dan kembali mandi, dan rombongan ibu-ibu pun pulang pukul 6 sore.

"Lex kamu sudah baikan?" tanya Mamiku.

"Sudah mam, aku sudah seger n fit nih" kataku.

"Kamu kasih makan apa Ni, si Alex sampai-sampai langsung sehat" tanya Mami sama Tante Via.

"Hanya bubur ayam sama makan siang telur dadar terus kukasih saja obat anti panas" kata Tante Via.

Esoknya kamipun pulang ke jakarta dan di mobil pun aku duduk di samping Tante Via yang semobil denganku. Mami yang menyopir ditemani Ibu Herman di depan. Di dalam mobilpun aku masih mencuri-curi memegang barangnya Tante Via.

Sampai sekarang pun aku masih suka melakukannya dengan Tante Via bila rumahku kosong atau terkadang ke hotel dengan Tante Via. Sekali waktu aku pernah mengeluarkan spermaku di dalam sampai 3 kali.

Kini Tante Via sudah dikarunia 2 orang anak yang cantik. Baru kuketahui bahwa suami Tante Via ternyata menagalami ejakulasi dini. Sebenarnya kini aku bingung akan status anak Tante Via.

Yah, begitulah kisahku sampai sekarang aku tetap menjadi PIL Tante Via bahkan aku jadi lebih suka dengan wanita yang lebih tua dariku. Pernah juga aku menemani seorang kenalan Tante Via yang nasibnya sama seperti Tante Via, mempunyai suami yang ejakulasi dini dan suka daun muda buat obat awet muda, dengan menelan air mani pria muda.
Read More

Sabtu, 23 April 2016

Cerita Sex : Simpan istri orang

Tempat kostku terdiri beberapa pasutri yang mana aku dapat kamar bersebelahan dengan pasangan suami istri yang belum di karunia anak, aku ngekost disana 3 bulan dimana kebiasanaanku mengintip dari lubang kecil karena hanya terhalang dengan papan yang sudah rapuh jadi makin lama lubang tersebut makin besar akibat ulahku yang ingin mengintip kegiatan mereka.

Kegiatan mengintipku tidak mengenal batas waktu, dari pagi, siang ataupun malam. Sehingga aku hafal benar kehidupan di kamar sebelah, dari lekuk tubuh Mbak Delia (nama samaran) sampai kehidupan sex mereka.

Walaupun kehidupan rumah tangga mereka tampak rukun, tetapi aku tahu bahwa Mbak Delia selalu tidak terpuaskan dalam kehidupan sex, karena suaminya hanya mampu 2-3 menit dalam bertempur, itu pun tanpa pemanasan yang cukup. Sehingga sering aku melihat Mbak Delia diam-diam melakukan masturbasi menghadap ke dinding (ke arahku) setelah selesai bersenggama dengan suaminya.

Dan biasanya pada saat yang sama, aku pun melepas hajatku, tanpa berani bersuara sedikitpun. Bahkan tidak jarang kulihat Mbak Delia terlihat tidak bernafsu melayani suaminya, dan menjadikan tubuhnya hanya untuk melepas birahi suaminya saja.

Aku kenal dekat dengan Mbak Delia dan suaminya, aku sering bertandang ke rumahnya untuk membaca koran karena kamar kontrakannya satu rumah denganku, bedanya mereka mempunyai ruang tamu, ruang tidur dan dapur.

Aku lebih akrab dengan Mbak Delia. Disamping umurnya kuperkirakan tidak jauh terpaut banyak di atasku, juga karena suaminya berangkat kerja sangat pagi dan pulang malam hari, itulah yang membuatku dekat dengannya.

Mbak Delia sebagai ibu rumah tangga lebih banyak di rumah, sehingga kami lebih sering bertemu di siang hari, karena kuliahku rata-rata 2 mata pelajaran sehari, dan selama itu pula aktifitas mengintipku tidak diketahui oleh mereka.

Hingga pada suatu hari, aku berniat pulang kampung dengan menggunakan Travel, yaitu kendaraan jenis minibus yang dapat dimuati 8 orang dan dioperasikan dari kota S ke kotaku pulang pergi. Aku selalu menggunakan jasa angkutan ini, karena harganya tidak terlalu mahal dan juga diantar sampai ke rumah. Aku kaget ketika masuk kendaraan, ternyata di dalam sudah ada Mbak Delia yang mendapat tempat duduk persis di sampingku.

"Eh Mbak Delia, mau kemana..?" sapaku sambil mengambil tempat duduk di sampingnya.

"Oh Dik Ton.., mau ke kotaT. Ada saudara Mas yang sakit keras, tapi Mas nggak bisa cuti. Jadi saya datang sendiri."

Kami pun terlibat obrolan yang menyenangkan.

Dia menggunakan rok lengan pendek, sedangkan aku menggunakan t-shirt, sehingga berkali-kali tanpa sengaja kulit lengan kirinya yang putih mulus bersetuhan dengan kulit lengan kananku. Perjalanan malam yang akan memakan waktu 8 jam ini akan menyenangkan pikirku.

Kami sudah kehabisan obrolan, kulihat Mbak Delia memejamkan mata, walaupun aku yakin dia belum tidur. Gesekan lengan kami lama-lama menimbulkan rangsangan buatku, sehingga kurapatkan dudukku ketika mobil berbelok.

Senangpoker.com Agen Texas Poker dan Bandar Domino QQ Online Terpercaya Indonesia
Cerita Sex : Simpan istri orang
Kini tidak hanya lenganku yang menempel, tetapi pinggul kami pun saling menempel. Mbak Delia mencoba menjauh dari tubuhku, dan aku pura-pura tidur, tapi posisi menjauhnya menyulitkan duduknya, sehingga pelan-pelan lengannya kembali menempel ke lenganku.

Aku diam saja dan menahan diri, lalu lama-lama kugesekkan lenganku ke kulit lengannya, pelan sekali, setelah itu berhenti, menunggu reaksinya, ternyata diam saja. Darahku mulai cepat beredar dan berdesir ke arah penisku yang mulai mengeras.

Kuulangi lagi gesekanku, kali ini lebih lama, tetap tidak ada reaksi. Kuulangi lagi berkali-kali, tetap tidak ada reaksi. Kini aku merasa yakin bahwa Mbak Delia juga menikmatinya, kumajukan lenganku pelan-pelan, kutindihkan lengan kananku di lengan kirinya.

Kulihat Mbak Delia masih tidur (pura pura..?) dan kepalanya beberapa kali jatuh ke pundakku. Aku makin terangsang, karena lenganku menempel pada buah dadanya. Mbak Delia masih diam saja ketika tangan kiriku mengelus-elus kulit lengannya yang mulus, aku sangat menikmati kulitnya yang halus itu.

Aku terkejut ketika dia membetulkan duduknya, tetapi tidak, ternyata dia menarik selimut pembagian dari Travel, yang tadinya hanya sampai perut sekarang ditutup sampai lehernya. Aku mengerti isarat ini, walaupun duduk di barisan belakang dalam kegelapan, tetapi kadang-kadang ada sinar masuk dari kendaraan yang berpapasan.

Kulihat ibu-ibu di samping Mbak Delia masih terlelap dalam tidurnya. Melihat isyarat ini, kuletakkan tangan kiriku di atas buah dadanya, tangannya menahan tangan dan berusaha menyingkirkannya, tetapi aku bertahan, bahkan kuremas dadanya yang cukup besar itu dari luar bajunya.

Tidak puas dengan itu, tanganku kumasukkan dalam bajunya, kusingkapkan BH-nya ke atas, dan kuremas dadanya yang kenyal dengan lembut langsung ke kulit payudaranya yang halus sekali.

Kembali tangannya mencengkeram tanganku ketika aku memelintir putingnya yang sudah mengeras, tetapi hanya mencengkeram dan tidak menyingkirkan. Kepala Mbak Delia tersandar di bahuku, sedangkan kemaluanku sudah sangat keras dan berdenyut.

Kuremas dan kuelus buah dadanya yang kenyal dan licin dengan lembut sepuas-puasnya, Mbak Delia terlihat sangat menikmatinya. Permainan ini cukup lama, ketika rangsanganku makin meningkat, kurasakan penisku makin keras mendesak celanaku.

Kugeser tanganku dari payudaranya ke perut dan pinggangnya yang langsing, dari pusar tanganku makin ke bawah mencoba menerobos ke bawah CD-nya. Mbak Delia menahan tanganku dan menyingkikirkannya dengan keras. Akhirnya aku harus puas mengelus perutnya.

Aku sudah sangat terangsang, dalam kegelapan kubuka resleting celanaku, kukeluarkan penisku yang sudah sangat keras dari celana. Kubimbing tangan Mbak Delia ke kemaluanku. Pada awalnya dia menarik tangannya, tetapi setelah kupaksa di tengah tatapan protesnya, ahirnya dia mau menggenggam kemaluanku. Sungguh nikmat sekali tangannya yang telah menyetuh barangku, bahkan dengan lembut meremas-remasnya.

"Mbak Delia jangan diremas, dielus saja..!" bisikku.

Bersamaan dengan itu, kembali tanganku menyusup ke celana dalamnya. Kali ini Mbak Delia diam saja, bahkan tanpa sadar diangkatnya kakinya, menumpangkan paha kirinya ke atas pahaku. Di tengah rimbun rambut kemaluan, kucari celah vaginanya, kujumpai vaginanya sudah mulai basah. Ketika jari tenganku mengelus dan memutar klitorisnya, kulihat Mbak Delia mendesis-desis menahan rintihan. Sementara elusan di batang kemaluanku telah berubah menjadi kococokan.

Kenikmatan sudah memenuhi batang kemaluanku, bahkan menjalar ke pingggul. Ketika jariku sedang mengelus di dalam dinding dalam vaginanya, kurasakan kedutan di kepala kemaluanku sudah semakin kencang. Aku tidak tahan lagi.

"Crot..," akhirnya muncratlah air maniku beberapa kali, dan bersamaan dengan itu pula terasa dinding vagina mbak Delia menjepit keras jariku, punggungnya mengejang, Mbak Delia mengalami orgasme.
Kutarik tanganku, dan kurapihkan selimutku dan juga selimutnya. Setelah itu kami terlelap tidur dengan kepala Mbak Delia tersandar di pundakku.

Aku terbangun ketika mobil berhenti di tempat parkir sebuah restoran yang sudah dipenuhi dengan bis malam. Di tengah sawah yang gelap itu, berdiri sebuah restoran Padang, tempat para supir istirahat dan penumpang minum kopi dan makan.

Penumpang minibus beranjak turun, Mbak Delia kulihat masih terlelap tidur. Dia bangun ketika ibu-ibu yang duduk di sebelahnya terpaksa membangunkannya karena mau lewat untuk turun, dan dia hanya memiringkan tubuhnya untuk memberi jalan.

Mobil kami diparkir di paling ujung di sebelah sawah yang gelap di antara parkir bis-bis besar jurusan luar kota. Semua penumpang telah turun, dan aku hanya berdua dengan Mbak Delia. Kupandangi wajah cantiknya, kuraih lehernya ke arahku, dalam kantuknya kucium dengan lembut bibirnya, kuhisap dan kumasukkan lidahku mencari lidahnya. Dia membalasnya setengah sadar, tetapi ketika kesadarannya mulai pulih.

Mbak Delia membalas ciumanku, lidahnya bergesekan dengan lidahku, hisapannya juga tumpang tindih dengan hisapanku. Tanganku sudah masuk ke dalam bajunya dan meremas buah dadanya, nafasku dan nafasnya mulai memburu. Batang penisku kembali menegang dengan besaran yang penuh.

Kucium lehernya, dia menggelinjang kegelian dan aku makin terangsang. Dan kuberanikan diri untuk meminta kepadanya.

"Mbak Delia, saya pengin dimasukkan.., boleh kan Mbak..?"

Dia hanya mengangguk dan mengangkat pantatnya ketika aku melepaskan CD-nya. Kuperosotkan celanaku sampai ke lutut, sehingga batang kemaluanku mendongak ke atas bebas.

Ketika sedang berpikir bagaimana posisi yang pas untuk menyetubuhinya pada posisi duduk di jok belakang yang sempit itu, tiba-tiba Mbak Delia bangkit, mengangkangi kedua pahaku menghadap ke arahku.

Dengan mencincing roknya sampai ke pinggang, dipegangnya batangku dan di bimbingnya ke arah kemaluannya. Disapukannya kepala penisku dari ujung klitorisnya sampai bibir vaginya yang paling bawah berkali-kali. Kurasakan geli dan nikmat digeser-geser di daerah licin seperti itu. Aku mendesis kenikmatan karena untuk pertama kali inilah aku berhubungan badan dengan seorang wanita.

"Enak Dik Ton..?" tanyanya ditengah dia menatap wajahku yang keenakan.

"Mbak, masukin Mbak, saya pengen ngerasain..!" aku meminta.

"Mbak masukin, tapi jangan cepet dikeluarin ya.., Mbak pengen yang lama."

Aku hanya mengangguk, walaupun aku ragu apakah aku mampu lama. Aku terbayang suami Mbak Delia yang hanya mampu 2-3 tiga menit saja.

Dia mulai menurunkan pantatnya pelan sekali, terasa kepala penisku terjepit bibir yang lincin dan hangat. Serrr.., seerrr.., terus makin ke dalam, sampai akhirnya sudah separuh kemaluanku terjepit di liang vaginanya.

Pada posisi itu dia berhenti, kurasakan otot dalam vaginanya menjepit-jepit kemaluanku, nimat sekali rasanya. Sebagai pemula, aku berusaha mengocok kemaluannya dari bawah, kusodok-sodokkan penisku ke vaginanya, sehingga mobil terasa bergoyang.

"Dik Ton, kamu diam aja, biar Mbak yang mainin..!"

Aku menurut walaupun kadang aku kembali mengocoknya, tapi dia menatapku dengan tajam dan menggelengkan kepala. Aku menurut dan diam saja. Mbak Delia mengocok kemaluanku dengan tempo sangat lambat, dan lama kelamaan makin dalam, sehingga pangkal paha kami saling menempel dengan ketat.

Dan ketika itu lah Mbak Delia merangkulku, dan merintih-rintih. Dia mengocok kemalauanku makin cepat, dan kadang pinggulnya diputarnya, sehingga menimbulkan sensasi yang demikian hebatnya. Hampir aku tidak kuat menahan ejakulasi.

"Mbak, stop dulu Mbak, aku mau muncrat..!" bisikku.

Dia berhenti sebentar, tetapi segera mulai memutar dan mengocokkan pinggulnya lagi. Aku sudah benar-benar hampir keluar, maka kugigit lidahku, kualihkan rasa nikmatku kerasa sakit yang menyerang lidahku. Ternyata dengan cara ini aku dapat menahan pancaran spermaku.

Mbak Delia makin menggelora, dia merintih-rintih, kadang kupingku digigitnya, kadang leherku, dan juga jari tangannya mencakari pungggungku.

"Dik Ton, aku nikmat sekali.., oohh.., apa kamu juga enak..?"

"Iya Mbak.." balasku.

"Sebelah mana..? Mbak sudah senut-senut sampai tulang punggung, mungkin Mbak sudah nggak bisa lama lagi. Aduh.., sshh.., nikmat sekali, Mbak belum pernah seperti ini. Kontolmu besar dan nikmat sekali..!"

Mbak Delia berbicara sendiri, aku tidak yakin apakah dia sadar atau tidak, tetapi itu membuatku makin terangsang. Aku ikut mengocok dari bawah, pangkal kelamin kami yang becek oleh lendir beradu makin sering, sehingga menimbulkan bunyi ceprok.., ceprok.., ceprok.

Batangku sudah berdenyut kenikmatan, sedang kepala penis kurasakan makin membesar dan siap memuntahkan lahar. Ketika Mbak Delia merintih makin keras, dan ketika jarinya mencengkeram pundakku kencang sekali, instingku mengatakan bahwa Mbak Delia akan selesai.

Maka kuangkat pinggukku, kutekan kemaluanku jauh ke dalam dasar vaginanya, kuputar pinggulku sehingga rambut kemaluan kami terasa menjadi satu. Pada saat itulah ledakan terjadi.

"Dik Ton.., eekh.., eekh.., eekh.., eekh..!"

Lubang dalam vaginanya berkedut-kedut, sementara ototnya menjepit batangku. Mbak Delia melepas orgasmenya, dan pada saat itu pula lah maniku menyembur deras ke diding rahimnya, banyak sekali. Kami telah selesai, tubuhku lemas dan kami istirahat serta pura-pura tidur berjauhan ketika penumpang lain mulai masuk mobil.

Sejak kejadian itu, aku sering melakukan hubungan sex dengannya pada siang hari ketika suaminya tidak di rumah. Papan yang menyekat kamarku dengan kamarnya telah kulonggarkan pakunya, sehingga 2 buah papan penyekat dapat kucopot dan pasang kembali dengan mudah.

Kami menyebutnya "Pintu Cinta", karena untuk masuk ke kamarnya aku sering melalui lubang papan tersebut. Mbak Delia kini tahu bahwa aku sering mengintip ke kamarnya, bahkan ketika dia melayani suaminya, dan kelihatannya dia tidak keberatan.

Dan entah kenapa, aku pun tidak pernah cemburu, bahkan selalu terangsang jika mengintip Mbak Delia sedang disetubuhi oleh suaminya.

Siang hari jika aku tidak ada kuliah, dan Mbak Delia sendirian di rumah, aku sering menerobos melalui "Pintu Cinta" untuk menyalurkan birahiku sekaligus birahinya yang tidak pernah dia dapatkan dari suaminya.

Tetapi sejak saat itu pulalah hubungannya dengan suaminya tambah mesra, jarang marah-marah, sering pula kulihat dia memijat suaminya mejelang tidur. Pelayanan sex-nya kepada suaminya juga tidak berkurang (dia melakukannya rata-rata dua kali satu minggu), tidak jarang pula suaminya hanya dilayani dengan oral sex.

Yang mebuatku bingung adalah jika Mbak Delia mengulum dan mengurut-urut penis suaminya, suaminya mampu bertahan cukup lama, tetapi kalau dimasukkan ke vagina hanya mampu 5 sampai 10 kocokan, kemudian sudah tidak tahan.

Biasanya, jika telah selesai melakukan tugasnya dan suaminya sudah pulas, Mbak Delia akan mengeser tidurnya ke arah dinding yang menempel ke kamarku. Dengan posisi miring setengah telungkup, tangannya menyusup melalui kelambu dan "Pintu Cinta" yang sudah kubuka.

Dia akan mencari paha dan kemaluanku, dan tanganku pun akan menyelusup ke arah selangkangannya untuk menuntaskan birahinya yang tidak pernah dicapainya dengan suaminya. Setelah itu kami saling mengocok kemaluan kami sampai masing-masing orgasme. Petting di samping suaminya yang tidur sungguh menegangkan, tetapi nikmat sekali.

Bahkan pernah suatu malam, dimana suaminya tertidur pulas, kami melakukan persetubuhan yang sangat unik. Setelah saling meraba melalui lubang cinta, Mbak Delia memasukkan separuh tubuhnya bagian bawah melalui kelambu dan lubang cinta ke kasurku, sedangkan pinggang ke atas masih tetap di kamarnya bersebelahan dengan suaminya yang masih mendengkur.

Sebenarnya aku sangat kuatir kalau ketahuan suaminya, tetapi karena nafsuku juga sudah tinggi, melihat vagina yang merekah dan berlendir aku tidak tahan untuk tidak menjilatnya dan menyedot-nyedot kemaluannya.

Senangpoker.com Agen Texas Poker dan Bandar Domino QQ Online Terpercaya Indonesia
Cerita Sex : Simpan istri orang
Ketika nafsuku tidak terkendali dan berniat untuk memasukkan penisku yang sudah mengeras sejak tadi ke lubang vaginanya, aku mengalami kesulitan posisi. Maka tidak ada jalan lain, kutarik tubuhnya makin ke dalam dan kuganjal pantatnya dengan bantal.

Walaupun buah dadanya dan kepalanya masih di kamarnya, tetapi seluruh pinggangnya yang masih terbalut baju tidur sudah masuk ke kamarku, pahanya mengangkang lebar-lebar. Maka dengan setengah berjongkok, kumasukkan kemaluanku ke arah bawah. Memang ada sensasi lain. Jepitannya semakin kencang, dan klitorisnya terlihat jelas dari sudut pandangku.

Aku mengocoknya pelan-pelan, karena aku menjaga untuk tidak membuat bunyi apapun. Sambil kukocok vaginanya yang menjepit terus menerus itu, kuelus-elus klitorisnya dengan ibu jariku. Pada saat Mbak Delia mengalami orgasme yang pertama, ternyata aku masih separuh perjalanan.

Kubiarkan kemaluanku tetap di lubangnya ketika pinggulnya diangkat ke atas tinggi-tinggi saat menikmati orgasmenya, kedua pahanya menjepit keras pinggangku. Setelah kubiarkan istirahat sejenak, kembali kukocok vaginanya serta kuputar-putar klitorisnya dengan jempolku. Dan kulihat pinggulnya berputar semakin liar, aku segera tahu bahwa Mbak Delia akan segera oegasme yang kedua.

Kutekan kemaluanku ke dalam liang sanggamanya, dan kupercepat putaran jempolku ke klitorisnya, sampai kurasakan tangannya mencengkeram pahaku. Biasanya pada saat orgasme aku mendengar rintihan dan melihat wajahnya menegang, tapi kali ini aku tidak mendengar dan melihat wajahnya.

Kucabut penisku yang masih mengeras dan bersimbah lendirnya, segera kukocok dengan tangan kananku, kira-kira lima centi di atas lubangnya, dan akhirnya.., aku tidak dapat menahan kenikmatan. Kusemprotkan seluruh spermaku ke lubang vaginannya yang masih menganga.

Mbak Delia segera menarik tubuhnya masuk ke kamarnya, sedang aku menutup kembali papan yang terbuka. Sebuah permainan sex yang berbahaya dan menegangkan namun penuh nikmat dan tidak terlupakan.

Sejak saat itu, kami tidak pernah berani melakukannya lagi permainan sex di samping suaminya yang masih tidur, walaupun permainan dengan tangan tetap dilakukan. Apalagi sex di siang hari, masih rutin kami lakukan.

Sudah dua minggu ibunya Mbak Delia yang tinggal di kota lain menginap di keluarga itu. Umurnya kutaksir sekitar 45 tahun, kulitnya putih seperti anaknya, tubuhnya sudah tidak langsing, tapi masih padat dan mulus, terutama paha dan pinggulnya sungguh menggiurkan untuk lelaki normal.

Aku biasa memanggilnya Bu Ar, dan aku sering mengobrol dengannya dengan bahasa Jawa yang sangat santun, seperti kebanyakan orang Jawa berbicara kepada orang yang lebih tua. Di rumah dia selalu menggunakan daster tanpa lengan, sehingga pangkal lengannya yang mulus sering menjadi curian pandanganku. Kehadirannya ini tentu mengganggu hubunganku dengan Mbak Delia, karena kami tidak dapat bebas lagi bercinta.


Sejak kedatangannya, kami hanya melakukannya sekali ketika dia sedang pergi ke warung, itu pun kami lakukan dengan terburu-buru. Suatu minggu pagi, Mbak Delia dan suaminya terlihat pergi berbonceng motor, dan ibunya sendirian di rumah.

Karena kulihat koran minggu tergeletak di meja ruang tamunya, dengan terlebih dulu minta ijin aku masuk ruang tamunya untuk ikut membaca di ruang tamunya. Tidak berapa lama, ibunya keluar membawa secangkir kopi dan singkong rebus.

"Nak Ton, ini Ibu bikin singkong rebus, dicobain..!" sambil meletakan cangkir dia duduk di depanku.

"Terima kasih Bu..,"

"Anak muda koq hari minggu tidak ngelencer kemana-mana..?"

"Ah enggak Bu, badan saya lagi kurang sehat, mungkin masuk angin, saya mau istirahat saja di rumah." jawabku.

"Mau Ibu kerokin supaya agak ringan..?" dia menawarkan jasanya.

"Terima kasih Bu, saya nggak biasa kerokan."

"Kalau gitu diurut saja, masuk angin nggak boleh didiamkan. Nanti setelah diurut, Ibu bikinkan minuman jahe." nadanya memerintah.

Karena tidak enak menolaknya, aku pun mengikuti dia masuk ke dalam rumah.

"Situ di kamar saja nak Ton, dan kaosnya dicopot, Ibu mau menyiapkan minyaknya dulu..!"
Aku masuk ke kamar yang ditunjuknya, melepas T-shirtku, dan dengan hanya mengenakan celana training, aku telungkup di kasur.

"Celananya diganti sarung saja nak Ton, supaya mudah ngurut kakinya..!" dia masuk kamar sambil membawa mangkuk berisi minyak sambil menyerahkan sarung dari lemari.

Kuganti trainingku dengan sarung dengan extra hati-hati, karena kebiasaanku kalau di rumah memakai training, aku tidak pernah memakai celana dalam.

Dia mulai mengurut kakiku, pijatannya sangat keras, sehingga kadang aku harus meringis karena menahan kesakitan.

Dalam mengurut bagian ini, kakiku ditumpangkan di atas pahanya, sehingga gesekan kaki dengan pahanya yang tertutup oleh daster menimbulkan kenyamanan tersendiri. Bahkan ujung jari kakiku menyentuh perutnya, aku tidak bereaksi, karena dianggap kurang ajar.

Selesai di bagian kaki, dia mulai mengurut paha, disingkapkannya sarungku ke atas sehingga separuh pantatku terbuka, aku diam saja. Pada mulanya mengurut dari paha bawah, kemudian mengarah ke paha samping atas, tetapi kemudian paha bagian dalam mulai diurutnya, sampai disitu jantungku mulai berdegup.

Kadang-kadang tanpa sengaja jarinya menyenggol biji kemaluanku sehingga pelan-pelan penisku mulai membesar. Kejadian itu makin sering, sehingga aku berpikir bahwa ini kesengajaan. Kemudian Bu Ar mulai memijit punggungku, dan posisi duduknya pun berubah dari duduk di sampingku, sekarang dia duduk (setengah berjongkok) di atas pahaku.

Dari posisiku memang aku tidak dapat melihatnya, tetapi aku dapat merasakan. Bahkan ketika dia menarik dasternya yang menghalangi pahaku dengan pahanya pun aku tahu. Pahaku dan kulit pahanya bergesekan, dan aku lebih menikmati gesekan paha dari pada pijatannya.

Aku makin terangsang, dan kemaluanku juga makin keras berdiri, sehingga aku terpaksa membetulkan letak kemaluanku dengan mengangkat pinggulku dan meluruskannya dengan tanganku.

"Kenapa Nak Ton..?" tanyanya pura-pura tidak tahu.

"Ah enggak apa-apa Bu, kejepit..," jawabku penuh malu.

"Tidak apa-apa, Ibu ngerti koq, anak muda memang gampang berdiri. Nah sekarang membalik, tinggal depan yang mesti diurut..!"

Aku mengikuti perintahnya sambil berusaha menutupi burungku yang berdiri tegak dengan sarung. Tetapi Bu Ar justru melepaskan sarungku ke bawah.


"Nggak usah malu Nak Ton, Ibu sering melihat ngeliat burung seperti ini koq. Itu punyaknya bapaknya Delia..?"

"Besar mana Bu..?" tanpa sadar aku bertanya.

"Kurang lebih sama koq, cuman bedanya punyaknya Bapaknya Delia kepalanya nggak sebesar ini."
Kulihat Bu Ar melihat kemaluanku cukup lama, dan dari nafasnya serta gerakannya, kuyakini bahwa Bu Ar juga terangsang.

Sementara itu ia duduk di samping, dan tangan kananku persis di bawah pantatnya, karena aku sengaja tidak memindahkan tanganku. Dengan hati yang tegang (karena takut kena marah), kutarik tanganku, dan kupindahkan ke pahanya bagian dalam, aku hanya memegang, menunggu reaksinya.

Ketika kulihat dia tidak bereaksi dan tetap mengurut dadaku, maka kuberanikan diri untuk mengelus pahanya, dia menatapku sekilas tanpa ekspresi. Elusanku kuteruskan ke arah pangkal pahanya, dan ketika kusentuh celana dalam, persis di liang vaginanya. Aku terkejut, ternyata celananya sudah basah. Wajahnya merah, aku tidak tahu apakah karena terangsang atau karena malu.

"Ah.., Nak Ton rupanya nakal ya, Ibu kan sudah tua, tidak pantas kalau sama anak muda." katanya sambil tangannya mengeser dari pahaku, kemudian mengelus dengan lembut pangkal kemaluanku.

"Ibu masih cantik, pahanya masih kenceng dan mulus sekali, aku sudah sangat terangsang sekali Bu, gimana nih Bu.., Bu Ar mau kan ngajarin saya..?" aku mulai merayu, dan jariku kucoba masuk ke dalam celananya, tapi tidak berhasil karena terhalang celananya yang ketat.

"Loh koq diajarin, kan udah pinter, sampai kemarin Delia hampir pingsan kamu kocok-kocok. Kemarin Ibu ngintip kamu lagi main sama Delia."

Aku kaget seperti disambar petir, aku tidak menyangka bahwa hubungan seksku dengan Mbak Delia kemarin diketahui oleh ibunya.

"Ibu ngelihat..?" tanyaku gugup.

"Ibu ngintip lama sekali lho. Hati-hati, lain kali pintu depan harus dikunci dulu." dia merebahkan dirinya di sampingku sambil tetap menggenggam kemaluanku.

Kubuka tali dasternya, dan kuremas-remas buah dadanya yang mulus dan padat.

"Ibu nggak marah..?" tanyaku sambil terus melucuti daster dan celana dalamnya.

"Tidak, aku kasihan sama si Delia, suaminya itu kan lemah, dari pada dia pacaran dengan sembarang orang. Biarlah dia jadi pacar kamu."

Kulumat bibirnya, sambil badanku sudah menindih badannya yang gempal. Nafsuku sudah tinggi, begitu pula dia. Pahanya sudah dibuka dengan lebar, belahan vagina bagian dalam yang berwarna merah dan basah terpampang di depanku. Sebenarnya aku ingin menjilat kemaluannya, tapi dia mencegahnya.

"Jangan ah..!" sambil dia menutupnya dengan tangan ke selangkangan.

Akhirnya kuarahkan batang kemaluanku ke bibir kemaluannya, Bu Ar memejamkan matanya, wajahnya sayu menahan gejolak birahinya. Tangannya terkulai di samping badannya. Tubuhnya sudah pasrah untuk disetubuhi.

Kumasukkan pelan-pelan kemaluanku ke liang kemaluannya, langsung menusuk sampai dasar, kuputar pinggulku tanpa mengangkat pantat. Ini adalah teknik yang kusukai, karena aku dapat memberikan rangsangan gesekan pada klitorisnya tanpa menimbulkan banyak gesekan pada penisku. Sehingga dengan begini aku dapat tahan cukup lama.

Bu Ar masih memejamkan mata, hanya kadang-kadang lidahnya keluar untuk menyapu bibirnya sendiri. Otot vaginanya mulai menjepit-jepit kemaluanku, sehingga kenikmatan menjalar di kemaluanku. Cukup lama aku melakukan putaran ke kiri dan ke kanan sambil menekan dalam-dalam kemaluanku ke liang vaginanya yang menyedot-nyedot kemaluanku itu.

Lama-lama Bu Ar makin sering mengeluarkan lidah, dan mendesis-desis. Kini kuangkat pinggulku tinggi-tinggi, dan aku mulai mengocoknya. Aku masih bertumpu pada tanganku, sehingga hanya kelamin kami yang menempel.

Pada saat itulah tangannya mulai memegang pantatku, mengelus, menekan, meremas bahkan sering kali jari tangannya mengelus-elus anusku, dan ini menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku. Aku mengocoknya lama sekali. Tiap kali tarikan keluar, selalu diikuti dengan jepitan liangnya sambil pingulnya diputar, sehingaga menimbulkan kenikmatan yang luar biasa ke seluruh batang penisku.

Desisnya makin mengeras, dan kepalanya sering mendongak ke atas walaupun masih tetap memejamkan matanya. Bila aku mempercepat kocokanku, dia selalu menggigit bibir bawahnya serta membuka matanya, dan memandangku mungkin menahan kenikmatan yang amat sangat. Melihat tingkahnya itu, aku menjadi makin terangsang.

Segera kukocokan kemaluaku dengan cepat dan lama. Seperti biasa, dia memandangku dengan sayu. Desis berubah menjadi rintihan, dan ketika aku tetap tidak mengendorkan kocokanku, Bu Ar mencengkeram bokongku dengan keras, kedua kakinya dilibatkan ke pinggangku dengan rapat dan dahi mengkerut.

"Stop..! Berhenti Nak Ton.., Ibu nggak tahan.., sshh..!"

Kuhentikan gerakanku, dengan jepitan kaki di pinggangku, aku pun hampir saja menumpahkan air mani. Aku pun masih ingin lama bermain dengannya, walaupun sekarang sebenarnya sudah cukup lama kami menikmati gesekan kelamin kami. Kuhentikan gerakanku, walaupun kakinya masih melingkar di pinggulku, tapi wajahnya tampak mengendor.

Senangpoker.com Agen Texas Poker dan Bandar Domino QQ Online Terpercaya Indonesia
Cerita Sex : Simpan istri orang
Walaupun kami berdua belum orgasme, kurasakan kedutan kecil-kecil di dinding kemaluannya maupun di kemaluanku. Kurebahkan dadaku ke tubuhnya, kami menjadi satu, kulit kami yang berpeluh menempel seluruhnya. Kurasakan kenyamanan dan kenikmatan yang tiada tara.

"Ibu hebat sekali, jepitannya enak sekali," aku memujinya sambil kucium bibirnya.

Tapi dia menghindar sambil memalingkan kepalanya. Akhirnya kuciumi pipinya, kuelus-elus rambutnya. Dia menolehku dan senyumnya merekah.

"Dik Ton, aku sudah lama nggak mendapatkan seperti ini, sejak bapaknya Delia kerja di Malaysia, dia jarang pulang," katanya sambil mengelus-elus punggungku.

"Ibu mainnya hebat sekali, bagaimana kalau aku ketagihan sama Ibu..?" tanyaku merayu sambil kuremas buah dadanya.

Kami istirahat sejenak, tubuhku menindih tubuhnya agak miring, agar tidak terlalu membebaninya. Kupandangi wajahnya.

"Wanita ini.., masih cantik dan lembut.." pikirku.

Kembali kuelus kulit wajahnya yang putih dan licin, sekali-kali kukocokkan kemaluanku pelan pelan, dan dibalas dengan sedotan vagina secara ringan.

"Bu, gimana kalau aku ketagihan sama Ibu..?" ulangku sambil kukocok pelan-pelan vaginanya.

"Lho kan ada Delia..," jawabnya sambil tersenyum.

Aku tidak dapat menemukan kata-kata yang tepat untuk menjawabnya. Kucium bibirnya secara paksa, walaupun tadinya menolak, akhirnya dia membalas ciumanku pula.

Sambil berciuman, aku kembali menyodok-nyodokan kemaluanku kembali. Kali ini Bu Ar sangat aktif, di tengah kocokanku, vaginanya menghisap-hisap penisku sambil memutar pinggulnya. Kami merasakan kenikmatan yang lebih, Bu Ar mengerang-erang dan mendesis, aku pun tidak dapat menahan desisanku.

"Aduh.., nikmat sekali Dik Ton.., sshh.. sshh.., Ibu sudah hampir keluar.., oh..!"

"Saya juga Bu.., mau dikeluarin sekarang Bu..?" kataku sambil kami masih berdekapan.

"Sebentar lagi Nak Ton, uuhh.., sshh.., sshh.., eehh..!"

Kukocokkan batang penis makin cepat dan makin cepat, karena aku sudah tidak tahan lagi.

"Eekhhh.., Ibu sudah nggak tahan lagi, ooohh.., eekhh.., ayo Nak Ton, keluarin bareng. Ayo Nak Ton..! Ibu keluaar.., eekhhh.., eekhhh.., eekhhh..!" dia mengalami orgasme yang hebat.

Pinggulnya diangkat ke atas, dan wajahnya mendongak ke atas, sementara kemaluanku menghujam jauh sekali ke dalam sambil kuputar dan kutekan. Satu detik kemudian, aku pun menyemburkan spermaku beberapa kali.

Oohhh nikmat sekali, kenikmatan menyelusuri seluruh tulang belakangku. Sebuah puncak kenikmatan dahsyat telah lewat beberapa detik yang lalu, tubuhku masih menindih tubuhnya. Kucium bibirnya dengan lembut, kuusap-usap wajah dan rambutnya, sementara aku tidak mencabut kemaluanku yang masih berdiri dari liang vaginanya. Masih kunikmati sisa-sisa kedutan nyaman dari vaginanya di pori-pori kulit kelaminku.

Pagi itu aku sempat tertidur bersamanya hingga siang hari dengan tubuh telanjang, dan aku kembali ke kamarku sebelum Mbak Delia dan suaminya kembali.

Besok harinya, sebelum berangkat kuliah aku mampir ke rumahnya, yang kujumpai hanya Mbak Delia.

"Mbak Delia kemana Ibu..?"

"Oh Ibu sudah pulang, tadi pagi habis subuh minta diantar Mas ke terminal, katanya besok ada urusan, sehingga pulangnya dipercepat."

Aku kecewa, tapi kusembunyikan wajah kecewaku di hadapan Mbak Delia. Sejak itu aku tidak pernah lagi menjumpai, kecuali dalam lamunanku. Kapan kejadian ini terulang..?
Read More
Bokep JAV
Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © Kumpulan Cerita Sex Terbaru - Cerita Sex 69